Singapura, AS dan Uni Eropa Mulai Fokus pada Obat COVID, Australia Diminta Tidak Ketinggalan

Dia telah menerima suntikan vaksin Pfizer pertamanya, tapi tidak tahu apakah dia akan terlindungi bahkan setelah mendapatkan dosis kedua.
Jane mendorong pemerintah agar proaktif mencari perawatan terapeutik sesegera mungkin.
"Vaksinasi itu penting, jika kita mendapatkan kekebalan kelompok. Tapi kita juga perlu tahu bahwa orang masih akan tertular COVID dan harus tersedia pengobatannya," katanya.
Dr James McMahon dari rumah sakit Alfred Hospital di Melbourne mengatakan dari pengalamannya menangani pasien, Dexamethasone sangat efektif dalam mengobati pasien COVID yang parah.
Namun, katanya, ada kebutuhan untuk obat yang aman dan mudah diberikan guna mengobati kasus yang lebih awal dan lebih ringan.
Menurut Dr McMahon, fakta bahwa antibodi monoklonal perlu diberikan secara infus bisa jadi masalah, tapi obat ini masih menjadi pilihan yang menjanjikan.
"Ini (Dexamethasone) pilihan penting, tapi saya pikir kita juga ingin memiliki pilihan lain," ujar Dr McMahon.
Ia mengatakan saat ini banyak percobaan yang sedang berlangsung untuk mengidentifikasi obat-obatan yang efektif saat seseorang baru terinfeksi.
Australia dikhawatirkan akan ketinggalan bila tidak segera mengamankan pasokan obat COVID di saat negara lain mulai mengalihkan fokusnya dari vaksinasi ke obat-obatan
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas