Singapura, AS dan Uni Eropa Mulai Fokus pada Obat COVID, Australia Diminta Tidak Ketinggalan

Singapura, AS dan Uni Eropa Mulai Fokus pada Obat COVID, Australia Diminta Tidak Ketinggalan
Associate Professor Steven Tong dari Doherty Institute menyatakan pengobatan COVID yang lebih baik di Australia sangat mendesak saat ini. (ABC News: Daniel Fermer)

Dia telah menerima suntikan vaksin Pfizer pertamanya, tapi tidak tahu apakah dia akan terlindungi bahkan setelah mendapatkan dosis kedua.

Jane mendorong pemerintah agar proaktif mencari perawatan terapeutik sesegera mungkin.

"Vaksinasi itu penting, jika kita mendapatkan kekebalan kelompok. Tapi kita juga perlu tahu bahwa orang masih akan tertular COVID dan harus tersedia pengobatannya," katanya.

Dr James McMahon dari rumah sakit Alfred Hospital di Melbourne mengatakan dari pengalamannya menangani pasien, Dexamethasone sangat efektif dalam mengobati pasien COVID yang parah.

Namun, katanya, ada kebutuhan untuk obat yang aman dan mudah diberikan guna mengobati kasus yang lebih awal dan lebih ringan.

Menurut Dr McMahon, fakta bahwa antibodi monoklonal perlu diberikan secara infus bisa jadi masalah, tapi obat ini masih menjadi pilihan yang menjanjikan.

"Ini (Dexamethasone) pilihan penting, tapi saya pikir kita juga ingin memiliki pilihan lain," ujar Dr McMahon.

Ia mengatakan saat ini banyak percobaan yang sedang berlangsung untuk mengidentifikasi obat-obatan yang efektif saat seseorang baru terinfeksi.

Australia dikhawatirkan akan ketinggalan bila tidak segera mengamankan pasokan obat COVID di saat negara lain mulai mengalihkan fokusnya dari vaksinasi ke obat-obatan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News