Sinyal Ketika Djanur tak Lagi Dipercaya 100 Persen di PSMS

Sinyal Ketika Djanur tak Lagi Dipercaya 100 Persen di PSMS
Djadjang Nurdjaman didampingi kiper Dhika Bayangkara memberikan keterangan usai pertandingan di Stadion Teladan beberapa waktu lalu. Foto: nin/pojoksatu

jpnn.com, MEDAN - Pemecatan dua asisten pelatih PSMS Medan tanpa sepengetahuan sang pelatih Djadjang Nurdjaman menjadi sinyal intervensi manajemen pengurus.

Mirisnya ini bakal bukan jadi yang pertama.

Sebab, ke depan manajemen tak lagi memberikan kepercayaan 100 persen untuk pelatih yang disapa Djanur itu terutama dalam hal memilih pemain.

CEO PSMS, Dody Taher berdalih hal tersebut dilakukan untuk meringankan tugas Djanur.

Dia juga menjelaskan pendepakan dua asisten Djanur, Muhamad Yusuf Prasetyo dan Suwanda bukan soal tidak ada koordinasi tapi melainkan ada perintah dari atasan yang harus dituruti.

“Bukan enggak ada koordinasi. Kita rapat dipanggil Dewan Pembina masalah kekalahan tiga nol dari Persib. Kita telepon, beliau (Djanur) sudah pulang (ke Bandung).”

“Permisi pun enggak ada sama manajemen. Jadi kita ya sudah, perintah (dari Dewan Pembina) kita jalankan untuk menyelamatkan PSMS, kita harus cari kelemahannya di mana,” ujarnya, Minggu (11/6) malam.

Lalu kenapa Muhamad Yusuf Prasetyo alias Yoyok dan Suwanda?

“Kalau saya lihat itu stamina kita menurun. Si Yoyok tidak bisa membantu Pak Djadjang juga di dalam. Untuk memberikan masukan, akhirnya kita masukkan Suharto (AD), pemain tanggal 21 mungkin sudah datang, dua pemain asing, empat pemain lokal kita panggil untuk trial.”

Pemecatan dua asisten pelatih PSMS Medan tanpa sepengetahuan sang pelatih Djadjang Nurdjaman menjadi sinyal intervensi manajemen pengurus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News