Sinyur, 14 Tahun Tekun Memburu Fosil Gajah Purba di Situs Sangiran

Lulusan Setingkat SD, tapi Jadi Jujukan Arkeolog

Sinyur, 14 Tahun Tekun Memburu Fosil Gajah Purba di Situs Sangiran
TEMUAN BARU: Asmorejo (67) yang dikenal warga Grogol Kecamatan Plupuh Jawa Tengah dengan sebutan Pak Sinyur sedang memperlihatkan temuan fosil berupa lutut Gajah Purba beserta gading yang tidak utuh di rumahnya. Asmorejo adalah warga lokal yang berprofesi sebagai petani sekaligus pencari fosil di sekitar Sangiran. Sinyur paling banyak menyumbang temuannya ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos
Gajah purba tersebut diperkirakan hidup di kawasan Sangiran 700 ribu tahun silam. Selama zaman itu, di Sangiran hidup tiga jenis gajah, yakni Stegodon, Mastodon, dan Elephas.

 

Sangiran merupakan situs arkeologi yang sejak 1996 tercatat sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO (badan PBB yang mengurusi pendidikan, sains, dan kebudayaan). Wilayah seluas 56 kilometer itu terletak di lembah Bengawan Solo dan secara administratif masuk Kabupaten Sragen dan Karanganyar, sekitar 15 kilometer sebelah utara Solo.

 

Adalah Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, seorang paleontolog sekaligus geolog, yang memulai penelitian di Sangiran pada 1934. Di kawasan itu pula ditemukan fosil nenek moyang manusia pertama, Phitecanthropus erectus, yang lantas membuat nama Sangiran mendunia.

 

Pada zaman 700 ribu tahun lalu, Sangiran masih berupa kawasan hutan terbuka sebelum perubahan iklim mengubahnya menjadi sabana yang luas. Kini kontur alam di Sangiran berupa tebing-tebing dan tanah yang tandus.

 

Tawaran harga fosil gajah purba yang"jauh lebih mahal di pasar gelap tak menggiurkan hati Sinyur. Ratusan temuan purbakala dengan telaten dia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News