Slamet: Ini Momentum Mengevaluasi Kedaulatan Pangan Dalam Negeri

Slamet: Ini Momentum Mengevaluasi Kedaulatan Pangan Dalam Negeri
Ilustrasi beras. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Hari pangan sedunia yang jatuh setiap tanggal 16 Oktober merupakan momentum tepat untuk mengevaluasi sejauh mana capaian pengelolaan pangan di Indonesia.

Persoalan pangan memang merupakan hidup dan mati suatu bangsa. Namun, kedaulatan pangan adalah harga diri suatu bangsa, terlebih lagi di negeri agraris seperti Indonesia.

Hal tersebut disampaikan anggota Komisi IV DPR RI dari Graksi PKS drh Slamet dalam siaran pers pada Senin (18/10).

Menurut Slamet, persoalan pangan tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang sederhana. Sebab pangan juga dapat dijadikan sebagai senjata untuk melakukan penjajahan terhadap suatu bangsa.

“Jika suatu negara ketersediaan pangannya sangat tergantung oleh pasokan dari negara lain maka sesungguhnya negara tersebut telah terjajah secara tidak langsung,” ujar Slamet.

Politikus senior PKS ini pun mengungkapkan dari hasil evaluasi beberapa tahun terakhir kinerja sektor pangan justru banyak dipertanyakan karena di tengah klaim Kementerian Pertanian neraca perdagangan sektor pertanian tiap tahun mengalami perbaikan. Namun untuk beberapa indikator global kondisi Indonesia justru memprihatinkan.

“Beberapa hasil studi menunjukkan indeks keberlanjutan pangan Indonesia masih menempati ranking ke-60 dari 67 negara yang diukur," kata Slamet.

Menurut dia, dengan nilai seperti itu menunjukkan bahwa kondisi Indonesia jauh lebih buruk dari negera-negara Afrika seperti Ethopia (Rank 27), Zimbabwe (31), Zambia (32).

Persoalan pangan memang merupakan hidup dan mati suatu bangsa. Namun, kedaulatan pangan adalah harga diri suatu bangsa, terlebih lagi di negeri agraris seperti Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News