Slank

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Slank
Slank. Foto: Dedi Yondra/JPNN.Com

Semua anggota kelompok berdiri membuat lingkaran. Lalu seorang anak dipilih secara aklamasi untuk menjadi pengadil dengan menyanyikan Bang Bang Tut.

Pada setiap syair yang dinyanyikan, si anak menggerakkan telunjuknya ke masing-masing anggota dalam lingkaran, termasuk ke arah dirinya sendiri.

Siapa yang kena tunjuk pada bagian akhir lagu maka dialah yang diputus bersalah sebagai si pembuang gas.

Mekanisme ini adil karena si pemimpin sendiri juga harus menunjuk dirinya sendiri. Dan ketika potongan akhir lagu mengarah ke diri si pemimpin maka dia pun harus rela menerima vonis sebagai si pembuang gas dan harus rela menerima hukuman.

Hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman sosial dengan cara dituding beramai-ramai oleh teman-teman anggota grupnya.

Meski agak memendam rasa malu, tetapi siapa pun yang terkena vonis harus menerima keputusan dan tidak ada pledoi apalagi banding.

Semua menerima keputusan dengan senang, semua tidak ada yang dipermalukan, dan semua rukun dan melanjutkan permainan.

Inilah resolusi konflik khas anak-anak yang masih polos dan lugu.

Hari-hari ini Slank berada di pusaran kentut itu. Salah satu personelnya, Abdi Negara diangkat menjadi komisaris PT Telkom.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News