Soal Pencegahan Terorisme, Ini Saran 2 Mantan Teroris

Soal Pencegahan Terorisme, Ini Saran 2 Mantan Teroris
Bendera kelompok Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Foto: dokumen Jawa Pos

Pelibatan mantan napiter, lanjut Agus, bisa dengan berdiskusi dan dialog. Hal itu sangat positif karena juga bisa menjadi ruang muhasabah (koreksi diri) bagi para mantan napiter yang terlibat jaringan kelompok agar tidak mengulangi apa yang pernah dilakukan.

Terkait program pembinaan (deradikalisasi) yang dilakukan BNPT selama ini, Agus menilai hal itu sangat bagus dan harus terus ditingkatkan.

Caranya harus dilakukan sosialisasi lebih banyak lagi agar semua bisa memahami maksud dan tujuan program tersebut.

"Yang terjadi selama ini adalah salah paham yang tidak berdasar, makanya dengan diadakannya pertemuan dan diskusi akan menjadi ruang komunikasi yang bagus bagi kita semua. Namun, BNPT tentu tidak bisa berjalan sendiri, perlu keterlibatan teman–teman mantan napiter untuk mendekati kelompok–kelompok yang masih mempunyai pemikiran radikal tersebut," jelasnya.

Dia juga mengajak orang-orang yang masih terlibat aktif dalam jaringan terorisme, agar berpikir jernih.

"Apakah yang diperjuangkan itu betul-betul murni tuntunan aqidah atau jangan-jangan mereka telah tersusupi oleh pemikiran yang salah. Itu yang harus direnungkan," tegasnya.

Hal senada diungkapkan Iqbal Husaini atau Romli atau Rambo yang pernah mendekam di penjara selama empat tahun karena terlibat pengiriman senjata dalam konflik Ambon.

Menurutnya, adanya penolakan program deradikalisasi karena program itu masih belum membumi.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus meningkatkan koordinasi dan pelibatan masyarakat dalam menjalankan program penanggulangan terorisme

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News