Soesilo Toer, Doktor Pemulung Sampah, Dulu Kaya Raya (4)

Soesilo Toer, Doktor Pemulung Sampah, Dulu Kaya Raya (4)
Soesilo Toer, adik Pramoedya Ananta Toer. Foto: NOOR SYAFAATUL UDHMA/RADAR KUDUS

Oleh Soeharto, Soes diberi pangkat Letnan. Jabatannya sebagai kepala perbekalan. Posisi itu langsung di bawah bimbingan Soeharto. ”Seharusnya saya dapat bintang waktu itu. Eh malah digebuk,” kelakarnya.

Menjadi anggota Batalyon Serbaguna Trikora tidak mudah. Latihannya cukup berat. Khususnya fisik. Setiap hari selama dua tahun digembleng dengan berlari dari kota Jakarta sampai Tanjung Priok. Setelah itu baru latihan perang-perangan di Grogol. Latihan terjun payung di Bandung. ”Baru ke Irian,” ucapnya.

Dari Irian, Soes melirik beasiswa pemerintah Rusia yang disediakan di Perguruan Tinggi Persahabatan Asia, Afrika, dan Amerika Latin.”Banyak orang yang ingin kuliah di Rusia. Untuk angkatan pertama dan kedua tidak ada tes. Saya masuk angkatan ketiga. Sudah harus tes,” ujar lelaki yang pernah menikah tiga kali ini.

Beruntung, Soes salah satu dari 90 orang yang lolos mendapatkan beasiswa. Padahal yang mendaftar ada sekitar 9 ribu orang. Sesuai bidangnya, dia mengambil jurusan ekonomi politik. Perguruan tingginya itu lantas berganti nama menjadi Patrice Lulumba University.

Karena tidak lulus dengan perdikat cumlaude, Soes pun diminta untuk mengabdi di Rusia selama dua tahun. Dia lantas bekerja sebagai peneliti di salah satu supermarket di Moskow. Setelah itu, Soes menempuh pascasarjana di Institute Perekonomian Rakyat Plekhanov (nama saat iu).

Gelar PhD diperoleh hanya 1,5 tahun. Padahal seharusnya dua tahun. Soes memperolehnya lebih cepat karena dia rajin membaca banyak buku termasuk berbahasa Rusia. ”Saya ceritakan kisah dalam buku berjudul Sang Guru Pertama karya pengarang Kirgistan. Eh dosennya tidak percaya. Ternyata dia tidak tahu ada buku itu,’’ kenangnya.

Selama 11 tahun di Rusia, Soes aktif menulis. Pernah bekerja di agen berita dan penerbitan (APN) dan Radio Moskow. Selain itu dia juga aktif mengajar badminton.

Gajinya lumayan gede. Dalam sebulan, dia mampu mendapatkan uang 300 hingga 400 rubel. Menulis satu halaman saja mendapat honor 10 rubel. Kalau sebulan menulis 10 lembar saja, dia mengantongi 100 rubel.

Soesilo Toer, adik Pramodya Toer, merupakan doktor ekonomi politik yang kini menjadi pemulung sampah, dulu kaya raya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News