Solar, Curah

Oleh: Dahlan Iskan

Solar, Curah
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Truk pengangkut kontainer merasa lucu, tetapi hanya bisa menggerutu. Dengan solar seharga Rp 100.000, bisa-bisa truk justru kehabisan solar di suatu tempat yang jauh dari SPBU.

Baca Juga:

Sang sopir pilih mencari tempat minggir tidak jauh dari SPBU. Sopir lain pun bersikap sama: menunggu solar datang.

Malam pun tiba. Sambil antre, sopir dan kernet tidur bergantian –salah satu menunggu muatan agar tidak dicuri orang. Atau dijaili orang usil.

Malam pun meneruskan gelapnya sampai melewati dini hari.

Ada pemilik barang yang tidak sabar: banyak konsumen yang menunggu barang itu. Beras.

Maka, pemilik barang mengirim mobil pikap ke lokasi antrean truk. Sebagian beras dibongkar di situ. Pindah dari truk ke pikap. Dengan tambahan biaya.

Waktu bulan lalu saya melihat banyak antrean truk di sepanjang jalan dari Lampung–Baturaja–Enim–Linggau sampai Bengkulu, kelihatannya damai-damai saja. Tidak ada yang seperti digambarkan di humor tersebut.

Namun, begitu antrean terjadi juga di kota besar seperti Surabaya, ternyata akibatnya begitu berantai.

Contoh antrean solar yang membuat saya sulit tersenyum adalah yang di Surabaya ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News