Soros
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Tidak ada kekuatan yang benar-benar mapan. Semuanya ada dalam kenisbian, karena ada perbedaan antara harapan dan realitas.
Dalam ruang hampa antara harapan dan realitas itulah terjadi kenisbian. Kekuatan-kekuatan yang tidak terdeteksi bisa saja setiap saat muncul menjadi kekuatan yang menghancurkan.
Soros tidak meramal sepak bola. Namun, teorinya mengenai zaman kenisbian menjadi kenyataan dalam Euro 2020 sekarang ini.
Tidak ada favorit dan tidak ada data-data statistik yang bisa menjadi dasar prediksi siapa yang bakal juara.
Raja-raja Eropa dan para juara dunia bertumbangan dengan mengenaskan. Prancis bukan sekadar favorit, tetapi super-favorit. Itu kata Sang Profesor Arsene Wenger. Kini Wenger dianggap keblinger karena ramalannya meleset.
Siapa sangka Prancis disisihkan oleh Switzerland? Tidak ada. Lihatlah angka-angka statistik. Lihatlah deretan pemain-pemain yang ada di Prancis. Bahkan, kalau diadakan tanding ulang, tim cadangan Prancis pun mungkin bisa menang mudah atas Swiss.
Itu kata statistik. Itu kata para pundit yang dibayar mahal untuk membuat komentar yang aneh-aneh.
Namun, kalau mengacu pada teori Soros, semua bisa hancur berantakan. Kalau Soros memasang taruhan di William Hill atau Ladbroke, dua rumah taruhan itu dijamin bangkrut dalam semalam.
Andri Shevchenko menghabiskan akhir kariernya di Chelsea. Dia mempelajari sepak bola Inggris dengan baik.
- Sudirman Cup 2025: Indonesia vs Denmark Diwarnai Kontroversi, Begini Reaksi PBSI
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Mati Lampu Total di Spanyol & Portugal Akibat Serangan Siber? Begini Kata Uni Eropa
- Listrik Padam di Seantero Spanyol & Portugal, Penyebabnya Masih Misteri
- Mendagri Tito Didampingi Dirjen Bina Adwil Terima Menlu Denmark
- Kemendagri dan Pemerintah Denmark Siap Kerja Sama untuk Memperkuat Pemadam Kebakaran