Soroti Hasil Reshuffle Kabinet, Analisis Pengamat Ini Menohok Prabowo dan Sandiaga

Soroti Hasil Reshuffle Kabinet, Analisis Pengamat Ini Menohok Prabowo dan Sandiaga
Pengamat politik dari Universitas Negeri Semarang Cahyo Seftyono. Foto: Dokpri for JPNN

Dengan gayan yang khas dan tenang, Jokowi memainkan strategi 'memangku lawan' dengan memberi pangkat atau jabatan sehingga lawannya senang. Padahal Jokowi menang lebih besar.

"Seolah-olah seperti diangkat tetapi sebenarnya dijatuhkan,” kata Cahyo.

Dalam analisis Cahyo, masuknya Prabowo dan Sandi ke Kabinet Jokowi ini membuat keduanya kalah dua kali. Pertama, Prabowo-Sandi dikalahkan Jokowi pada Pilpres 2019.

Kalau hanya ini, kata Cahyo, kedua tokoh politik ini bisa saja maju lagi di tahun 2024, apalagi Jokowi tak lagi jadi rival.

Kedua, “Sekarang, berapa banyak rakyat yang masih percaya kepada dua politikus ini?,” tanya Cahyo retoris.

“Prabowo dan Sandi dianggap ingkar janji, mengkhianati para pendukungnya, yang dulu berjuang habis-habisan. Mereka bilang berjuang untuk rakyat, tetapi ujungnya hanya untuk kepentingan pribadinya. Karakter Prabowo dan Sandi jatuh dan hancur, oleh perbuatan mereka sendiri.”

Cahyo tidak tahu pasti apakah manuver Jokowi menjadikan Prabowo dan Sandi sebagai menteri itu untuk memperkuat basis dukungan terhadapnya, atau memang untuk menghancurkan karakter dan nama baik bekas penantangnya itu.

Lebih lanjut, Cahyono menilai para pendukung Prabowo-Sandi yang besarnya sekitar 45 persen dari total pemilih pilpres 2019 tidak serta merta berbalik mendukung. Di media sosial maupun dalam di pasar, terminal, pengajian, arisan maupun ruang-ruang publik lainnya, kritik terhadap pemerintah masih lantang.

Kepiawaian Jokowi menaklukkan rival tangguhnya dalam Pilpres 2019 yang lalu, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno merupakan contoh gamblang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News