Spiritualitas Kemanusiaan Bung Karno

Oleh Benny Sabdo - Anggota Bawaslu DKI Jakarta

Spiritualitas Kemanusiaan Bung Karno
Anggota Bawaslu DKI Jakarta Benny Sabdo. Foto: Dokumentasi pribadi

Penjajahan politik, ekonomi, budaya, pendeknya segala penjajahan yang mengerdilkan harga diri kita sebagai bangsa.

Dari pembahasan tentang kemanusiaan itulah bergema kata-kata Mutiara Mahatma Gandhi, my nasionalism is humanity.

Bung Karno semakin menegaskan pernyataan Gandhi dengan menggali keseluruhan aspek kemanusiaan. Lahirlah nasionalisme sebagai gelegar semangat agar bangsa Indonesia bersatu dan berjuang memperoleh kemerdekaan.

Bung Karno berpendapat, nasionalisme Indonesia itu murni dan penuh idealisme. Ia adalah satu nasionalisme yang akan bersemi dan mekar dalam kebun raya internasionalisme yang indah.

Selanjutnya, filsuf Driyarkara menjabarkan tentang kemanusiaan sebagai berikut; berdasarkan titik tolak manusia sebagai pusat segalanya “sangkan paraning dumadi”, dan dalil harus “ada” adalah harus “ada bersama” yang dilandasi cinta sesama manusia.

Maka Driyarkara dalam merumuskan dalil-dalil filsafat Pancasila diawali dengan Sila Perikemanusiaan.

Perikemanusiaan harus kulakukan dalam semangat persatuan, yang dalam proses sejarah, kebudayaan dan peradaban bersama.

Kesatuan itu ikut serta menentukan dan membentuk diriku sebagai manusia yang konkret dengan perasaannya, semangatnya dan pikirannya. Menurut Driyarkara, hidup kita dalam kesatuan itu harus merupakan pelaksanaan dari perikemanusiaan.

Bung Karno, sosok yang memandang bangsanya dan bahkan dunia secara optimistis. Sikap optimistis ini penting bagi karakter seorang pemimpin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News