Stanley Prayogo, Pendeta Tao Termuda di Dunia asal Surabaya

Stanley Prayogo, Pendeta Tao Termuda di Dunia asal Surabaya
Stanley Prayogo. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Menunjukkan bakat tidak lazim sejak kecil, Stanley Prayogo ditahbiskan menjadi pendeta Tao termuda di dunia pada usia 23 tahun.

Muda, energik, dan religius. Kesan itu melekat kuat pada diri Stanley. Dia baru saja ditunjuk sebagai pemimpin agama Tao di Indonesia. Bukan hanya itu, dalam perkumpulan yang melibatkan perwakilan Tao dari seluruh dunia, Stanley yang paling muda.

''Semua kaget setelah tahu umur saya. Lalu, mereka tepuk tangan,'' kata pria yang mempunyai nama Tionghoa Wu Yong Fu itu. Baru tahun ini Indonesia terlibat dalam forum tersebut. Yakni, pemilihan pemimpin Tao yang diselenggarakan di Beijing pada akhir Oktober lalu. Itu pun setelah Stanley resmi menjadi dao zhang (baca: tao cang), sebutan pendeta dalam agama Tao.

Tugas yang diemban terbilang tidak mudah. Selain mendoakan umat yang masih hidup, kini dia bisa berdoa untuk yang sudah meninggal. ''Kalau pada level sebelumnya belum diperbolehkan, hanya yang hidup. Mulai tahun ini setelah lulus baru boleh,'' ucap pria yang tinggal di Kenjeran tersebut.

Dengan ditunjuk sebagai perwakilan Indonesia, seluruh koordinasi tentang Tao dengan negara lain berada di bawah kendalinya. Termasuk dengan pusat Tao di Tiongkok. Secara tidak langsung, komunikasi itu menjadi upaya diplomatik yang bisa memperkuat hubungan antarnegara. ''Koordinasi yang kami lakukan tentang upaya untuk menjaga perdamaian,'' jelasnya.

Pulang ke Indonesia, dia dibebani sejumlah PR yang harus dikerjakan Salah satu keinginan terbesarnya adalah mendirikan kelenteng khusus agama Tao. Sebab, hingga kini belum ada kelenteng seperti itu di Indonesia. ''Ini juga dapat apresiasi yang meriah dari peserta pertemuan kemarin,'' tambahnya.

Selain itu, dia dibebani untuk mengenalkan agama Tao di Indonesia. Cara yang dipakai pun cukup sederhana. Yakni, menggunakan kebudayaan. Mirip yang dilakukan Wali Songo ketika menyebarkan agama Islam. Namun kali ini dengan kebudayaan Tionghoa. ''Ketika ada parade ikut. Sering diteriaki vampir sama anak-anak malah saya guyoni lompat-lompat,'' tambahnya, lantas tertawa.

Memutuskan menjadi pemuka agama berarti juga telah menyanggupi seluruh konsekuensinya. Ada lima pantangan yang tidak boleh dilakukan pendeta selevelnya. Yaitu, membunuh, mencuri, berbohong, mabuk, dan berzina. Selain itu, dia wajib melakukan hal-hal lain. Salah satunya berlindung pada tiga mustika, percaya pada yang Mahakuasa Tao serta memercayai dan mempelajari kitab agama lain.

Ketertarikan Stanley pada dunia spiritual terlihat sejak kecil. Rasa penasaran itu terus terbawa hingga masuk sekolah. Puncaknya saat kelas IX SMP. Rasa penasaran terhadap agama Tao membuatnya gelap mata. ''Saya sempat mau berhenti sekolah saja. Buat apa belajar matematika, fisika, IPS, itu teori semua. Saya ingin langsung belajar bisa sembuhkan orang,'' ungkapnya.

Stanley berusaha mencari jawaban itu pada ahlinya. Dia lantas menemukan sebuah tempat bernama Fungyin Seen Koon di Hongkong. Di situlah Stanley mulai mendalami ajaran Tao. Seakan sudah digariskan, dia pun menemukan jejak peninggalan kakeknya di sana. ''Ternyata masih ada silsilah saya di sana. Kakek dari mama saya pernah dibaptis di tempat itu. Padahal, orang tua saya juga tidak tahu,'' ungkapnya.

Hal itu semakin membuatnya mantap untuk mempelajari agama Tao. Namun, dia tidak serta-merta bisa masuk. Masih ada beberapa tahap tes yang harus dilalui. Lagi-lagi, keistimewaan ditunjukkan olehnya. Dia awal masuk untuk berguru pada 2013. Setahun kemudian dia dinyatakan lulus dan bisa melanjutkan untuk kenaikan pangkat. ''Normalnya harus tiga tahun dulu, tapi saya bisa setahun,'' ucapnya yakin.

Dia dengan mudah mencapai pangkat tertinggi itu. Benar saja, waktu normal yang biasa ditempuh untuk mendapat gelar tersebut adalah sembilan tahun. Stanley hanya butuh waktu lima tahun. ''Akibat dari kecepatan-kecepatan itu, makanya guru saya bilang bahwa baru saya yang lulus di umur 23 tahun. Bisa dibilang se-Asia Tenggara,'' tegasnya.

Setelah mendapat semua capaian itu, banyak aktivitas yang harus dikerjakan. Saat ini kegiatan rutinnya mengajar sesama penganut agama Tao, mengikuti acara-acara kebudayaan Tao, serta memberikan arahan tentang fengsui.

''Tidak masalah bagi kami jika agama Tao belum diakui sebagai agama di Indonesia. Yang terpenting bagi kami bisa hidup rukun di sini. Prinsip yang kami pegang adalah di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Bisa mengenalkan kebudayaan kami saja sudah senang,'' paparnya. 

Selain aktif dalam kegiatan keagamaan, Stanley melakukan aktivitas seperti anak muda lainnya. Saat tidak ada tugas keagamaan, dia biasa mengurusi usahanya. Selain itu, ada aktivitas yang akhir-akhir ini ditekuni. ''Selama ini belum ada kitab Tao berbahasa Indonesia. Saya berusaha menerjemahkan kitab ini, lalu mengonsultasikannya ke ahli bahasa," katanya seraya menunjukkan sebuah buku berbahasa Mandarin. (didin/c15/ano) 


Memutuskan menjadi pemuka agama berarti juga telah menyanggupi seluruh konsekuensinya. Ada lima pantangan yang tidak boleh dilakukan pendeta selevelnya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News