Stres Dapat Mempengaruhi Bau Badan

Stres Dapat Mempengaruhi Bau Badan
Stres Dapat Mempengaruhi Bau Badan

Setelah itu peneliti menggunakan sampel-sampel tersebut untuk melihat bagaimana keringat-keringat ini mempengaruhi persepsi orang lain terhadap partisipan. Sebelumnya sebagian sampel diberi deodoran agar baunya tak lagi menonjol.

Proses penilaian ini dilakukan peneliti dengan melibatkan 120 pria dan wanita. Awalnya peneliti memperlihatkan beberapa video wanita yang melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja di kantoran, membersihkan rumah dan mengasuh anak.

Seluruh partisipan pria dan wanita yang diminta mencium aroma sampel keringat donor yang diberi deodoran sepakat menilai orang yang memiliki sampel keringat tersebut dinilai lebih percaya diri, dapat dipercaya dan berkompeten. Sebaliknya donor yang sampel keringatnya tidak diberi deodoran disepakati seluruh partisipan sebagai wanita yang tertekan atau stres.

"Riset menunjukkan ada tiga faktor utama penyebab munculnya keringat, yaitu aktivitas fisik yang menguras tenaga, panas lingkungan dan stres. Keringat yang disebabkan oleh aktivitas fisik (internal thermal stress) dan panas lingkungan (external thermal stress) diproduksi oleh sekresi dari salah satu kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin. Sedangkan keringat stres (emosional) dihasilkan oleh sekresi kelenjar ekrin dan apokrin karena keringat ini bercampur dengan bakteri di permukaan kulit. Akibatnya menimbulkan bau yang kurang menyenangkan," kata Dr. Susan lebih lanjut.

"Itulah mengapa keringat yang dipicu stres merupakan keringat yang baunya paling buruk dibandingkan tiga jenis keringat lainnya. Selain itu ini bisa terjadi kapanpun, tanpa terduga serta seringkali menjadi lingkaran setan," pungkasnya. (fny/jpnn)


STRES dan depresi sebenarnya dapat terlihat dari gejala fisik, entah kulit yang kusam, rambut kusut atau munculnya keriput dan jerawat. Namun sebuah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News