Suami Istri Terpisah Jarak, Sampai Kapan?

Suami Istri Terpisah Jarak, Sampai Kapan?
Foto: Tika Widyafitri for Jawa Pos

Tantangan semakin kompleks bila pasangan dikaruniai anak. Sosok ayah dan ibu seharusnya lengkap terpenuhi.

’’Usia 0–1 tahun adalah masa kritis pembentukan bonding. Ikatan dengan ayah atau ibu (yang tidak tinggal bersama, Red) tidak sekuat ikatan dengan yang mengasuh sehari-hari,’’ ungkap psikolog yang banyak menangani masalah pernikahan tersebut. Akhirnya sebagai orang tua, akan selalu ada rasa bersalah yang membuat pola asuh tidak ”senada”.

Kesepakatan untuk menerapkan aturan-aturan pada anak tidak bisa ditegakkan dengan jelas. Rasa kangen dan bersalah membuat ayah atau ibu yang tidak tinggal bersama anak akan melanggar aturan yang telah disepakati saat bertemu.

’’Karena ada guilty feeling itu, orang tua tidak bisa menolak permintaan anak. Cenderung memanjakan untuk menebusnya,’’ katanya. Tentu saja itu tidak baik dalam perkembangan pribadi anak.

Karena itu, psikolog yang akrab disapa Nunik tersebut menyarankan, sebelum memutuskan untuk hidup terpisah, pasangan harus punya planning yang tepat.

’’Apa yang menyebabkan CM, cukupkah beralasan? Kemudian, tentukan target batas waktu. Katakan masalah ekonomi, dalam waktu berapa tahun pasangan bisa mengatasinya sehingga bisa berkumpul lagi,’’ jelasnya.

Selanjutnya, strategi komunikasi juga harus dibicarakan. Dalam CM tidak hanya butuh komunikasi, Nunik menggarisbawahi bahwa komunikasinya harus intens.

’’Misal dengan anak, sedari bayi sudah diperdengarkan suara ibunya. Menelepon setiap sebelum tidur. Pengasuhnya juga sering-sering membicarakan soal orang tuanya dengan menunjukkan foto-foto,’’ imbuhnya. Keduanya juga harus pandai membangun quality time saat bertemu. (puz/c10/nda)

SEKARANG ini, tidak sulit menemukan pasangan suami istri yang jarang bertemu secara fisik. Mereka menjalani perahu rumah tangga tapi terpisah oleh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News