Suara PKS Tak Meningkat Drastis Setelah 10 Tahun jadi Oposisi, Begini Analisis Pengamat

Suara PKS Tak Meningkat Drastis Setelah 10 Tahun jadi Oposisi, Begini Analisis Pengamat
Direktur Eksekutif Voxpol Indonesia Pangi Syarwi Chaniago. Foto: arsip JPNN.com/Ricardo

Pangi beranggapan PKS akan memilih rasional menyikapi posisi politik untuk pemerintahan mendatang karena menjadi oposisi tak membuatkan hasil secara maksimal.

“Saya pikir PKS akan rasional, kalau 10 tahun oposisi tidak maksimal membantu rakyat, saya pikir di dalam pemerintah pun tidak membawa kesialan, justru membawa kebaikan," ujar alumnus Universitas Andalas itu.

Toh, kata dia, PKS tidak punya kendala dengan capres nomor urut dua Prabowo Subianto untuk menjadi bagian terhadap pemerintahan mendatang.

"PKS tidak ada kendala dengan Prabowo, telah membersamai dua kali pemilu, dan ini tidak membuat chemistry mereka sulit untuk bersatu," kata Pangi.

Namun, dia bakal mengapresiasi apabila PKS tetap menempuh jalur di luar pemerintah karena tidak ada partai yang bisa menjadi oposisi selama 15 tahun.

“Saya pikir PKS lebih mempertimbangkan kebermanfaatan dan kemudaratannya. Masyarakat masih berharap ada oposisi," ungkap Pangi.

Sementara itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Bandung Muhammad Fuady mengatakan persoalan PKS merapat untuk pemerintahan mendatang ialah penerimaan konstituen.

“PKS adalah salah satu partai yang memiliki tingkat pragmatisme rendah. Partai ini relatif konsisten, berbasis ideologi keagamaan, baik di level elite maupun konstituennya. Pilihan menjadi oposisi juga sudah dilakukan sejak lama. Keputusan politik PKS biasanya memiliki resonansi yang sama dengan pemilih, artinya suara partai selaras dengan publiknya," kata dia.

PKS bakal mempertimbangkan posisi politik sepuluh tahun ke belakang dengan perolehan suara pemilu 2024 dalam menentukan arah bagi pemerintahan mendatang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News