Sudah 90 Ribu Nyawa Melayang, Donald Trump Masih Saja Sesumbar soal Corona

Sudah 90 Ribu Nyawa Melayang, Donald Trump Masih Saja Sesumbar soal Corona
Presiden Amerika Donald Trump. Foto: AFP

jpnn.com, MICHIGAN - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya tidak peduli dengan jumlah korban tewas akibat virus corona di negara itu yang telah melebihi 90 ribu. Dia terus saja sesumbar bisa mengalahkan wabah mematikan itu tanpa melakukan karantina.

Terbaru, Trump mengatakan bahwa AS tidak akan menerapkan karantina wilayah (lockdown) lagi. Bahkan jika nanti ternyata terjadi gelombang kedua wabah virus corona.

"Orang-orang mengatakan itu (gelombang kedua) kemungkinan yang sangat jelas. Itu standar. Dan kami akan memadamkan api (wabah COVID-19). Kami tidak akan menutup negara ini. Kami akan memadamkan apinya," kata Trump kepada wartawan saat mengunjungi pabrik Ford di Negara Bagian Michigan, Kamis (21/5).

Komentar itu disampaikannya ketika ditanya apakah dirinya khawatir mengenai gelombang kedua COVID-19.

"Lockdown permanen bukan strategi untuk negara bagian yang sehat atau negara yang sehat. Negara kita tidak seharusnya ditutup," ujar presiden itu.

"Lockdown tanpa akhir akan mengundang bencana kesehatan masyarakat. Demi melindungi kesehatan rakyat kita, kita harus memastikan ekonomi berjalan."

Seluruh 50 negara bagian di AS telah mengumumkan rencana untuk mulai melonggarkan pembatasan yang bertujuan mengendalikan penyebaran COVID-19, membuka perekonomian mereka dengan kecepatan berbeda-beda. Para pakar kesehatan telah memperingatkan kemungkinan gelombang kedua COVID-19 akan terjadi pada musim gugur atau musim dingin.

COVID-19 menginfeksi lebih dari 1,5 juta warga Amerika dan menyebabkan lebih dari 90.000 kematian di seluruh negeri. Jumlah korban meninggal diperkirakan mencapai 100.000 pada awal Juni, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit negara tersebut. (xinhua/ant/dil/jpnn)

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya tidak peduli dengan jumlah korban tewas akibat virus corona di negara itu yang telah melebihi 90 ribu


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Xinhua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News