Sudah Meninggal, Mbah Maridjan Masih Produktif
Senin, 22 Juli 2013 – 12:57 WIB
Ada kebanggaan tersendiri bagi Asih atas peran ayahnya di media. “Itu bentuk perhatian bagi keluarga kami,” katanya sebelum menjamu para tamu. Setiap melihat iklan yang menampilkan Mbah Maridjan, Asih mengaku trenyuh. Merasa banyak utang budi atas perjuangan ayahnya semasa hidup.
Satu jam berlalu, lafal ayat Al-Qur’an surat Yaasiin dan tahlil diucapkan para hadir dengan khidmad. Hingga pemungkas acara nyewu usai menjelang Magrib. Peringatan seribu hari mengenang Mbah Maridjan ditutup dengan buka bersama dan shloat Magrib berjamaah di bangunan bambu, bekas masjid yang dibangun oleh Mbah Maridjan. [***]
Tak terasa, seribu hari berlalu, warga lereng Merapi kehilangan Mbah Maridjan. Sosok kharismatik yang menjadi panutan itu meninggal dunia saat Gunung
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor