Sukadiono
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Soeharto ditambahi menjadi Muhammad Soeharto, bahkan masih ditambahi lagi dengan titel haji. Lengkaplah sudah identitas Islamnya.
Salah satu ciri masyarakat tradisional adalah masih percaya kepada logosentrisme, hal-hal yang bersifat aksesoris menjadi simbol yang penting.
Gelar haji maupun gelar akademis yang panjang akan menambah gengsi seseorang.
Status sosial seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh ‘’ascription’’, seperti gelar, ketimbang ‘’achievment’’ atau kemampuan dalam menyelesaikan tugas.
Simbol-simbol fisik seperti jenggot, gamis, kopiah, sarung, dan baju takwa, menjadi simbol kesantrian seseorang.
Karena itu, ada insiden lucu pada pembukaan Musywil Ponorogo.
Ketika itu Sukadiono yang duduk di deretan depan tidak memakai kopiah.
Beberapa saat kemudian seseorang mengirim kopiah dan Sukadiono mengenakan kopiah itu.
Kemunculan Sukadiono sebagai ketua juga memunculkan beberapa catatan, antara lain, adanya pergeseran orientasi warga Muhammadiyah Jawa Timur.
- Muhammadiyah-Polres Tanjung Priok Perkuat Sinergi Jaga Kamtibmas dan Kegiatan Keagamaan
- Pengacara Terlibat Suap Rp 60 Miliar, Muhammadiyah: Perilaku yang Mencoreng Profesi
- MOSAIC & Muhammadiyah Bahas Potensi Penggunaan Dana ZIS untuk Transisi Energi
- Soal Polemik Soeharto Pahlawan, Ketum Muhammadiyah Singgung Bung Karno hingga Buya Hamka
- Mengenang Paus Fransiskus, Ketum PP Muhammadiyah: Sosok Penyantun dan Humoris
- Muhammadiyah Pertanyakan Rencana Prabowo Evakuasi Warga Gaza ke RI