Sukmawati

Dhimam Abror Djuraid

Sukmawati
Sukmawati Soekarnoputri. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sangat banyak aktivis politik yang tidak bisa memenangi kontestasi kepala daerah karena faktor agama. Inilah ironi politik Indonesia. Islam nominal atau Islam KTP jumlahnya mayoritas, tetapi secara umum mereka masih tetap tidak bisa menerima pemimpin non-Islam.

Pengamat politik dengan serampangan menyebut gejala ini sebagai politik aliran. Kasus kekalahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam pilgub DKI 2019, dianggap sebagai contoh mutakhir kebangkitan politik aliran.

Kasus ini dianggap sebagai bukti makin menguatnya politik Islam di Indonesia.

Rezim Jokowi berusaha membongkar kekuatan politik Islam dengan berbagai cara. Pembubaran Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah salah satu contohnya.

Berbagai insiden kontroversi yang dilakukan Menag Yaqut Cholil Qoumas beberapa waktu belakangan dianggap sebagai bagian dari upaya mendegradasikan Islam politik.

Upacara pindah agama yang dilakukan Sukmawati pun digoreng sebagai isu untuk mendegradasikan Islam politik. (*)

Upacara pindah agama yang dilakukan Sukmawati mungkin akan digoreng sebagai isu untuk mendegradasikan Islam politik.


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News