Surat Papa
Oleh: Dahlan Iskan
jpnn.com - SAYA mesong di hari terakhir Alvin Lim di persemayamannya di Grand Heaven, Pluit Jakarta.
Tiga ruang di lantai dasar di rumah duka itu dibuka jadi satu. Luas. Dipenuhi meja dan kursi.
Di atas meja banyak makanan disajikan. Begitu banyak orang yang mesong –melayat dalam bahasa Hokkian– selama empat hari di persemayaman itu.
Keesokan harinya, Jumat kemarin, mayat pengacara Alvin Lim dikremasi. Itu sesuai dengan wasiatnya: dibakar. Lokasi pembakaran di lantai lima Grand Heaven itu juga.
Tuan rumah di tempat mesong itu adalah dua wanita muda –salah satunya masih remaja: Phio, istri Alvin Lim, dan Kate Victoria Lim putri Alvin dari istri terdahulu.
Sebentar lagi Kate tamat SMA Katolik di Tangerang.
Dua wanita itulah yang menerima ucapan duka. Aka tetapi Kate lebih sering duduk di kursi di pojok peti mayat papanya. Pojok kiri atas. Tepat di sebelah kepala sang ayah.
Di dekat kepala papanya itu Kate lagi akan menulis surat. Yakni surat untuk papanya, Alvin Lim. Surat itu akan dimasukkan peti sebelum peti ditutup mati.
- Update Longsor di Pekalongan, Korban Jiwa Bertambah
- Punya Sumber Daya Memadai, Polri Dianggap Lembaga yang Tepat Diberi Kewenangan Menyidik
- Eks Komisioner KPK Mengaku Pernah Bersitegang dengan Jaksa Soal Penanganan Kasus
- Pelajar Tenggelam di Sungai Niru Muara Enim Ditemukan Meninggal Dunia
- Busuk Mulia
- Ahli Hukum Kritik Munculnya 2 Pasal di RUU KUHAP, Bisa Ganggu Penegakan Hukum