Surat untuk Mahkamah Konstitusi

Surat untuk Mahkamah Konstitusi
Surat untuk Mahkamah Konstitusi
Gejolak satu-satunya di Sibolga, barangkali hanya pada 1965, ketika apa yang disebut dengan Gerakan 30 September/PKI meletus. Ini pun lebih merupakan tempias gerakan nasional yang merembes ke daerah, termasuk ke Sibolga.

Saya ingat, saya sudah kelas 1 SMA kala itu, orang-orang PKI diuber, ditangkap dan dibunuh. Bahkan, kerusuhan Mei 1998 lalu malah tak menjalar ke kota itu.  Saya ingat pula seuntai syair tentang berdirinya kota itu. Sibolga jolong basusuk, banda digali urang rante, jangan manyasa munak barisuk, kami  sapeto dagang sansai.

Syahdan, kota itu dulunya dibangun dengan menimbun tanah berawa-rawa dengan mengerahkan para narapidana yang kaki mereka dirantai sehingga  dijuluki “orang rante.”

Dua bait berikutnya mendeskripsikan jatidiri masyarakat sebagai nelayan dan pedagang antar antarpulau yang hidupnya penuh suka dan duka. Toh, mereka  melaluinya dengan sabar dan tanpa berkelahi  dengan sesama. 

 

MAHKAMAH Konstitusi kini tekun menyidangkan berbagai sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dari daerah. Berkas, bukti dan keterangan saksi akan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News