Suropati Syndicate: Indef Keliru soal Impor Beras

Suropati Syndicate: Indef Keliru soal Impor Beras
Ilustrasi beras. Foto: Radar Semarang/JPNN

Selanjutnya berdasarkan data BPS, impor beras Januari-Mei 2017 sebesar 94 ribu ton itu 98 persen beras pecah 100 persen alias menir untuk keperluan industri, bukan beras konsumsi. Kini sedang dalam proses bahwa impor beras olahan dan produk olahan pangan lainnya sedang dievaluasi kembali dan mesti mempertimbangkan produksi dalam negeri.

Indonesia pun juga sudah ekspor beras premium dan beras khusus ke bebrapa negara. Pada 20 Oktober 2017 juga ekspor dari Entikong ke Malaysia.

“Jadi ya faktanya pada tahun 2016 dan 2017 Indonesia tidak impor beras medium. Sejak tahun 2016 Pemerintah tidak mengeluarkan ijin impor beras medium. Ini kan berkat kemampuan swasembada beras dan berhasil menata tataniaga pangan,” jelas Alhe.

Buktinya, lanjut Alhe, saat Ramadhan dan Lebaran pasokan pangan amand an harga stabil. Bahkan ada mafia beras yang diproses hukum pun mengakui salah dan meminta maaf tersebar pada media tu.

“Ini lagi keberahsilan bonusnya, yakni sejak 2016 hingga kini tidak impor cabai segar, bawang merah. Pada Januari-Oktober 2017 ini ada tidak impor jagung pakan ternak dan tidak impor gandum suplemen pakan ternak,” ungkapnya.

“Karena itu pengamat sebaiknya cermat membaca dan mengkaji data sehingga tidak meresahkan publik. Sebaiknya memberi saran, bukan kesannya selalu apriori melulu. Pengamat yang keliru pun juga bisa minta maaf dan pasti pada memaafkan,” tandas Alhe. (adv/jpnn)

 


Ekonom senior Indef Bustanul Arifin dianggap kurang cermat membaca data pangan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News