Survei Medsos Belum Bisa Disimpulkan Sebagai Kans Kemenangan

Survei Medsos Belum Bisa Disimpulkan Sebagai Kans Kemenangan
Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno mengikuti tes kesehatan di RSPAD, Jakarta, Senin (13/8). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting Pangi Sarwi Chaniago mengatakan, hasil polling terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di media sosial Twitter, belum bisa merepresentasikan keterwakilan suara rakyat.

“Survei di media sosial itu berbeda dengan survei pada umumnya,” kata Pangi menjawab pertanyaan JPNN.com, Senin (13/8).

Seperti diketahui, sejumlah survei di Twitter bermunculan pasca-dua kandidat bakal calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin, dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno, mendeklarasikan diri.

Sejumlah pihak, baik lembaga maupun personal, langsung menggelar polling di media sosial Twitter. Alhasil, berdasar penelusuran JPNN hingga Senin (13/8), beberapa polling itu menggunggulkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.

Pangi mengatakan, responden atau sampel di dalam survei di Twitter itu belum representatif. Sedangkan dalam survei lain, preferensi pemilih pada umumnya ketat dan disiplin soal metodologi riset. Mulai dari sampel, kousioner, wawancara tatap muka, spot check dan soal keterwakilan wilayah.

“Jadi polling di media sosial sulit disimpulkan sebagai suara mayoritas dan sulit representasi kans kemenangan calon,” ungkap Pangi.

Akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta itu mengatakan bahwa survei di Twitter itu hanya menggirig opini publik (locomotif effect). Menurut dia, sedikit banyak memang ada pengaruh, masyarakat biasanya memilih capres dan cawapres yang menang di hasil survei.

“Namun tetap masih punya peluang terjadi pergeseran suara akar rumput,” tegasnya.

Alhasil, berdasar penelusuran JPNN.com hingga Senin (13/8), beberapa polling itu menggunggulkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News