Survei Membuktikan, Konsumen Indonesia Ingin Vape Tersedia di Pasaran

Survei Membuktikan, Konsumen Indonesia Ingin Vape Tersedia di Pasaran
Ilustrasi. Rokok elektrik/vape. Foto Drake

Terpisah, Analis Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal dengan baik tentang HTPL karena kurangnya edukasi "Edukasinya di kita minim sekali soal HTPL," ujar Trubus saat dikontak, Senin (18/1).

Padahal, HTPL bisa menjadi alternatif bagi para perokok di Tanah Air yang ingin mendapatkan nikotin, dengan risiko kesehatan yang lebih rendah.

Trubus bilang, kebanyakan masyarakat menganggap nikotin sebagai biang kerok penyebab penyakit. Padahal sebenarnya, tidak begitu. Nikotin hanya menyebabkan kecanduan. Yang membahayakan untuk kesehatan adalah tar.

"Ada salah persepsi di sini. Nikotin hanya membuat kecanduan, tapi tidak mematikan. Ada alternatif mendapatkan nikotin dari HTPL," tutur Trubus.

Banyak perokok memanfaatkan HTPL, terutama vape, sebagai alat yang dapat membantu mereka mengurangi konsumsi tembakau setelah gagal dalam menggunakan metode lainnya. HPTL bisa berperan efektif dalam smoking reduction and smoking cessation.

Para perokok dewasa ini beralih ke HTPL karena tembakau sudah menjadi bagian dari budaya yang mengakar di kalangan masyarakat Indonesia. "Budaya ini tidak ada di negara lain," ucap Trubus.

Namun karena kurangnya edukasi dan sosialisasi HTPL, masyarakat masih menganggapnya berbahaya. "HTPL selalu dilekatkan dengan rokok, dianggap membahayakan kesehatan. Ini merusak citra HTPL," tegasnya

"Butuh edukasi HPTL. Beritahu kalau itu bisa mengurangi dampak buruk tembakau, untuk mengatasi kesalahpahaman terhadap isu-isu itu," saran Trubus.

Survei terbaru Health Diplomats dan Kantar menunjukkan, sebagian besar konsumen Indonesia setuju rokok elektrik (vape) sepatutnya tersedia sebagai pilihan bagi perokok

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News