Survei Terkutuk
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pendeknya, politisi tidak bisa hidup tanpa survei. Politisi harus terus-menerus setiap hari memelototi angka-angka statistik yang dikeluarkan oleh lembaga survei.
Kalau hasilnya menyenangkan dan sesuai harapan sang politisi akan berseri-seri. Tapi kalau hasilnya mengecewakan, sang politisi akan mengutuk, ‘’Damned’’.
Statistik bisa dipakai alat untuk berbohong dan memerdaya publik. Dengan teknik-teknik yang canggih para pengelola survei bisa menghasilkan kesimpulan yang bisa mengangkat seorang politisi atau menghancurkannya.
‘’How to Lie with Statistics’’, bagaimana cara berbohong dengan statistik untuk mengelabui publik, sudah menjadi bagian dari kehidupan politik sehari-hari.
Darrel Huff menulis buku itu pada 1954, dan sampai sekarang buku itu masih dibaca dan dikutip oleh akademisi dan para politisi.
Buku itu sama populernya dengan ungkapan Benjamin Desraeli itu. Tesis Huff bahwa statistic bisa menjadi alat berbohong yang canggih berjalan paralel dengan ungkapan Desraeli mengenai kebohongan terkutuk.
Di Indonesia, lembaga survei menjadi bagian dari euforia politik seiring dengan lahirnya reformasi setelah kejatuhan Orde Baru 1998.
Di Amerika Serikat, tradisi survei sudah marak sejak awal 1930-an ketika Robert Gallup mendirikan lembaga survei pertama.
Politisi tidak bisa hidup tanpa survei. Politisi harus terus-menerus setiap hari memelototi angka-angka statistik yang dikeluarkan oleh lembaga survei.
- Hasil Survei Rumah Politik Indonesia: Mayoritas Publik Puas dengan Kinerja Wapres Gibran
- Inas Zubir Bicara Krisis dan Peluang Masa Depan Hanura di Tengah Keterpurukan
- Dewan Pakar BPIP Djumala: KAA, Legacy Indonesia dalam Norma Politik Internasional
- 6 Bulan Prabowo-Gibran: 74 Persen Puas, tetapi Ekonomi Penuh Tantangan
- 6 Bulan Kabinet Prabowo-Gibran: Komunikasi Publik & Kontroversi Menteri Jadi Catatan
- Said Aldi Instruksikan Konsolidasi OKP Hingga ke Tingkat Bawah