Tahija Wolbachia

Oleh: Dahlan Iskan

Tahija Wolbachia
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mantan direktur utama Astra pula. Dia sampai dibawa ke Singapura –yang minim pengalaman dalam mengatasi demam berdarah. Dia meninggal di sana.

Baca Juga:

Dokter Sjakon tidak sampai meninggal. Beruntung sekali. Dia pun tergerak untuk tahu lebih banyak penyakit demam berdarah. Terutama mengenai penyebabnya. Lalu bertekad terjun mengatasinya.

Sebagai dokter mata ahli bedah retina, tidak sulit bagi Sjakon memahami dunia kesehatan masyarakat.

Sebagai pewaris salah satu konglomerat terbesar Indonesia di masa lalu tidak sulit mencari dana.

Yang sulit adalah dari mana memulainya. Tidak banyak hasil penelitian tentang DB yang bisa dijadikan acuan, tetapi harus dimulai.

Dia pun memilih fokus pada pemusnahan jentik nyamuk pembawa virus demam berdarah: aedes aegypti. Pakai teknologi control of targeted sources. Gagal.

Lima tahun Yayasan Tahija berjuang melawan jentik aedes aegypti. Tidak membuahkan hasil. "Sudah habis Rp 50 miliar," ujar Trihadi yang saat itu belum bergabung ke Yayasan Tahija (baca: Tahiya).

Trihadi orang Kediri. Setelah lulus SMAN 2 Kediri dia masuk ITB. Teknik Industri. Angkatan tahun 1980.

Bakteri Wolbachia itu ditemukan di tahun 1924. virus itu ditemukan di banyak serangga, tetapi tidak ditemukan di nyamuk.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News