Tak Ingin Salah Sasaran, Turunkan Tim Blusukan Kampung

Tak Ingin Salah Sasaran, Turunkan Tim Blusukan Kampung
INOVATIF : Sekar (baju putih) blusukan ke kampung keluarga miskin di Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan, Sabtu (27/7) untuk mensurvey pemberian sembako. FOTO : GUNAWAN SUTANTO / JAWA POS

Saat program ini berjalan kali pertama pada Ramadan 2011, dana yang terkumpul dari donatur mencapai Rp 13,28 juta. Uang itu kemudian digunakan untuk membeli sembako dan dibagikan kepada 332 keluarga miskin. Pada Ramadan tahun lalu, jumlah donasi meningkat menjadi Rp 29,29 juta.

Uang tersebut dibelikan sembako untuk 640 keluarga. Sekitar 150 sembako didistribusikan untuk keluarga miskin di Surabaya. ”Ada juga sumbangan yang berasal dari teman-teman di Surabaya,” ungkap konsultan komunikasi itu.

Nah, pada Ramadan tahun ketiga ini, uang yang terkumpul meningkat lagi. Hingga minggu ketiga, sudah terkumpul sekitar Rp 40 juta. Jumlah tersebut masih bisa bertambah mengingat program itu baru selesai 31 Juli nanti. ”Tahun ini dana yang terkumpul meningkat tajam karena penggalangannya di empat kota,” kata Sekar.

Kepada para donatur, Sekar dkk selalu menawarkan lokasi pembagian sembako yang diinginkan. Maksudnya, donatur bisa memilih Jakarta, Bandung, Jogjakarta, atau Surabaya untuk mendistribusikan donasinya.

Setelah dana terkumpul, Sekar bersama sejumlah aktivis menggunakannya untuk berbelanja sembako. ”Untuk yang di luar kota (Jakarta), uangnya saya serahkan ke koordinator untuk dibelanjakan,” ujarnya.

Pembagian sembako dimulai H-4 Lebaran. Hal itu dimaksudkan agar sembako bisa dimanfaatkan warga penerima untuk menyambut Lebaran. ”Sebelum dibagikan, biasanya kami melakukan survei terlebih dahulu ke kampung-kampung. Blusukan. Kami tidak ingin sembako itu salah sasaran,” tegas dia.

”Kami perlu tahu kondisi keluarga yang akan menerima bantuan. Misalnya, bagaimana tempat tinggalnya, apa saja yang dimiliki di rumah tersebut, hingga bagaimana kondisi anak-anak mereka,” tuturnya.

Sekar kemudian menunjukkan foto-foto di sebuah perkampungan pemulung dan pengemis di daerah Mangga Dua. Salah satunya foto rumah yang dibangun di atas lantai bambu. ”Ternyata, di bawah lantai bambu itu rawa-rawa yang penuh sampah. Bisa dibayangkan bagaimana anak-anak tumbuh kembang di kawasan kumuh seperti itu,” ungkapnya.

BANYAK cara untuk beraktivitas sosial. Misalnya yang digagas Sekar Sosronegoro. Gadis Jakarta itu menggerakkan para perokok guna menyisihkan uang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News