Krisis Nuklir Korea
Tak Mempan Disanksi, Korut Bangga Bikin Dunia Marah

”Sudah saatnya kita menyatakan kepada mereka bahwa uji coba, ancaman, dan upaya mengguncang stabilitas pertahanan dan keamanan regional tidak bisa ditoleransi lagi,” ungkapnya.
Dia lantas mengimbau negara-negara anggota PBB untuk bersikap lebih tegas kepada Korut.
Dari Kota Moskow, Rusia, Presiden Vladimir Putin kembali menyerukan imbauannya kepada semua pihak yang berkonflik di Semenanjung Korea untuk bisa menahan diri.
AS dan sekutunya, menurut dia, harus berhenti menekan Korut. ”Sanksi baru tidak akan ada gunanya. Mereka (Korut) akan lebih memilih untuk makan rumput ketimbang menghentikan program nuklirnya,” kata pemimpin 64 tahun itu.
Putin menyebut jalur diplomasi sebagai mekanisme paling tepat untuk menghentikan krisis nuklir Korut. Sebab, bahasa kekerasan atau militer justru akan membuat Semenanjung Korea jatuh dalam perang.
Lebih buruk lagi, adu kekuatan AS dan sekutunya versus Korut bisa memantik bencana global. ”Dampak kemanusiaan yang ditimbulkan bisa membuat jutaan penduduk dunia menderita,” katanya.
Sebelumnya, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa Korut terlalu sulit untuk diajak berunding. Pyongyang hanya akan bersedia duduk di meja perundingan dan membahas program nuklir Korut jika dijatuhi sanksi berat lebih dahulu.
Pendapat itu didukung Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-wha dan perwakilan pemerintah Beijing.
Korea Utara tegaskan tak akan berhenti mengembangkan senjata nuklir dan mengancam Amerika Serikat.
- Yakinlah, Ada Peluang untuk Indonesia di Balik Kebijakan Tarif Donald Trump
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Gubernur Lemhannas Sebut Kebijakan Tarif Resiprokal Trump Momentum Perkuat Ketahanan Ekonomi
- Pemerintah Klaim Utamakan Kepentingan Nasional dalam Negosiasi Dagang dengan AS