Tak Menyangka Buah Hati Menangis Berujung Petaka

Tak Menyangka Buah Hati Menangis Berujung Petaka
Ni Wayan Sari tidak menunjukkan raut kepedihan. Itu terjadi lantaran keterbelakangan yang dia alami akibat tekanan ekonomi keluarga. (foto:Chairul Amri/Radar Bali)
Laba tak habis pikir dengan tindakan putra ketiganya itu. Sebab, lanjut dia, selama ini Jati pendiam. Meski demikian, Laba mengakui bahwa Jati punya sifat temperamental. Sering, sebelum Sriani lahir, Jati dan Sari terlibat pertengkaran. Dan, pertengkaran itu sering dipicu masalah sepele. "Kalau sudah bertengkar, Sari lebih sering mengalah," cerita Laba.

Itu dibenarkan Sari. Dia menambahkan, sifat suaminya yang temperamental membuat dirinya takut. Dia mengaku tak pernah meminta uang hasil ngojek suaminya. "Saya takut minta uang kepada dia. Makanya, saya tidak tahu berapa penghasilan dia mengojek. Kalau dikasih, saya terima. Itu pun cuma cukup buat beli beras," imbuh Sari.

Selama diwawancarai, Sari memang cukup runtut menceritakan tragedi yang menimpa bayinya. Tapi, perempuan 40 tahun yang harus bekerja serabutan demi menyambung hidup itu sebenarnya kini dalam pengawasan. Perkembangan jiwanya sedang dipantau. 

Menurut Konselor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Karangasem Ni Nyoman Suparni yang mendampingi Sari, kliennya itu memang punya masalah kejiwaan. "Kadang-kadang dia ngomong, tapi dijawab sendiri," tutur Suparni. Itu, lanjut dia, bisa jadi akibat akumulasi kepedihan yang dialami secara beruntun. "Dia hidup sangat miskin. Kemudian, bayinya dibunuh suaminya. Dan, ini ditambah dengan musibah gubuknya ambruk diterpa angin kencang sehingga dia tak punya lagi tempat berteduh," tuturnya.

Ibu mana yang tak terpukul ketika mendapati bayinya yang berumur lima bulan tewas secara mengenaskan. Lebih terpukul lagi, bayi itu meninggal karena

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News