Taktik Filibuster

Oleh: Dahlan Iskan

Taktik Filibuster
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ketua DPR tentu bisa melihat sendiri kenyataan itu –dari meja pimpinan sidang. Ada pemungutan suara atau tidak ia sudah tahu: hasilnya akan sama. Tinggal ia, sebagai pimpinan sidang, menyatakan acara pemungutan suara dimulai.
Ia tidak mau memulai.

Ia merasa sudah taat memulai sidang pada hari itu pukul 10.30. Tapi Mahkamah Agung tidak menetapkan kapan pemungutan suara harus dilakukan.

Ketua DPR justru berbicara panjang lebar: bahwa lahirnya mosi tidak percaya itu karena campur tangan Amerika ke dalam politik dalam negeri Pakistan.

"Kita ini negara berdaulat. Kita harus bicarakan dulu soal intervensi ini," ujarnya.

Maka ruang sidang pun gaduh. Pengunjung yang duduk di balkon juga ikut gaduh. Janda Imran juga terlihat sewot.

Reham memang anti mantan suami. Itu sudah sejak Imran menyatakan ingin masuk ke politik dan ingin menjadi perdana menteri.

Bahkan di masa kampanye, ketika Reham sudah 4 tahun menjanda, dia menerbitkan buku (2018). Isinya Anda sudah tahu: mengungkap sisi buruk Imran. Toh Imran terpilih sebagai perdana menteri.

Reham kawin dengan Imran setelah 10 tahun jomblo. Suami pertamanyi adalah Ejaz Rahman. Mereka bercerai di tahun 2005 setelah memiliki 3 anak. Ketika pertama kawin, Reham berumur 19 tahun. Dia lulusan Ali Jinnah Collage di Kota Peshawar.

Catatan: Berita terakhir tadi malam, pemungutan suara akhirnya dilakukan: Imran Khan berhasil dilengserkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News