Takut Pulang ke Negaranya, Warga Myanmar Minta Pemerintah Australia Memperpanjang Izin Tinggal Mereka

Mahasiswi asal Myanmar ini selalu gemetar saat berbicara tentang apa yang terjadi di tanah airnya. Ia mengaku akan ditangkap bila harus kembali ke sana.
Para aktivis memperkirakan lebih dari 700 orang termasuk anak berusia lima tahun telah tewas sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari, menggulingkan Aung San Suu Kyi.
"Kadang-kadang mereka (aparat militer) membunuh di malam hari. Tidak pandang umur," ujar Naw Naw, bukan nama sebenarnya, kepada ABC.
Untuk saat ini, Naw Naw hidup aman di Melbourne. Ia sedang menjalani kuliah bidang pendidikan bagi anak usia dini.
Namun masa studinya di Australia akan segera habis. Visa pelajar yang dia miliki habis masa berlakunya bulan depan.
Sebagai warga etnis Kachin yang blak-blakan menentang kekejaman yang terjadi, dia mengaku takut jika dipaksa kembali ke Myanmar.
"Saya juga akan ditangkap jika saya harus pulang sekarang," katanya kepada ABC.
Menurut Naw Naw, bila ditahan, kemungkinan besar dia tidak akan keluar hidup-hidup.
Mahasiswi asal Myanmar ini selalu gemetar saat berbicara tentang apa yang terjadi di tanah airnya
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya
- Dunia Hari Ini: Gempa Bumi Berkekuatan 6,2SR Mengguncang Turkiye, 150 Warga Luka-luka
- Tentang Hari Anzac, Peringatan Perjuangan Pasukan Militer Australia