Tanggapi Kecaman Turki, Media China Rilis Video Seniman Uyghur
Akademisi Elise Anderson, yang mempelajari musik Uyghur, berkata di Twitter bahwa "kulit Heyit pucat dan tampak sakit-sakitan".
Ia mengunggah postingan Twitter yang berisi bahwa video itu menunjukkan betapa protes internasional "bisa memaksa China untuk merespon".
"Kita harus melihatnya sebagai sesuatu yang luar biasa bahwa mereka menyebarkan video ini, misalnya, mereka telah diam tanpa tanggapan tentang keberadaan begitu banyak orang yang dihilangkan," katanya.
Magnus Fiskesjo, profesor antropologi di Cornell University, mengatakan video "manipulatif" itu tampaknya telah dirilis dengan panik dan memiliki kemiripan yang mencolok dengan "pengakuan" yang disiarkan televisi di China.
Video itu bukan jaminan bahwa Heyit benar-benar hidup, katanya, menambahkan bahwa nada, suasana, lokasi yang dirahasiakan dan dinding kedap suara semuanya merupakan ciri-ciri pengakuan yang dipaksakan dan pengakuan tertulis yang dibaca subyek berarti ia diperlakukan dengan ancaman dan bahkan penyiksaan.
"Saya tiba-tiba menyadari bahwa ia tampak tak nyaman dan gelisah, dan bahwa ia tampak seperti memperhatikan arah," katanya kepada ABC.
"Bahwa bahkan jika ia memang masih hidup dan bahwa China sepertinya membantah klaim Turki ... maka itu seharusnya tidak boleh mengaburkan fakta bahwa ia ditahan tanpa komunikasi, yang justru mendorong rumor semacam ini berkeliaran. "
- Dunia Hari Ini: Timnas Indonesia Mengalahkan Korea Selatan Dalam Piala Asia U-23
- Dunia Hari Ini: Pendiri Mustika Ratu Tutup Usia
- Kenapa Ibu Negara Masih Akan Sangat Berpengaruh di Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik
- Dunia Hari Ini: Mahkamah Konstitusi Tolak Permohonan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar
- Dunia Hari Ini: Timnas Garuda Muda Kalahkan Australia 1-0