Tangisan dan Teriakan Pengungsi Rohingya Saat Didemo dan Diusir Mahasiswa Aceh

Tangisan dan Teriakan Pengungsi Rohingya Saat Didemo dan Diusir Mahasiswa Aceh
Para pengungsi Rohingya berada di tempat penampungan sementara setelah mendarat di Kuala Matang di Aceh Timur hari Senin. (Foto: Antara, Hayaturrahmah via Reuters)

"Massa melanggar garis polisi dan secara paksa memasukkan 137 pengungsi ke dalam dua truk, dan memindahkan mereka ke lokasi lain di Banda Aceh. Peristiwa tersebut membuat para pengungsi terkejut dan trauma," demikian pernyataan UNHCR.

Ada misinformasi dan ujaran kebencian

Dilaporkan demo dan pemindahan paksa para pengungsi disebabkan kampanye online yang terkoordinasi yang menyebarkan misinformasi dan ujaran kebencian.

Juru bicara kepolisian kota di Banda Aceh belum memberikan komentar. 

Chris Lewa, direktur organisasi hak asasi manusia Rohingya bernama The Arakan Project, juga mengatakan penolakan terhadap Rohingya oleh beberapa warga Aceh dilakukan "sangat terkoordinasi" melalui media sosial.

Kebanyakan dari mereka yang menolak keberadaan pengungsi Rohingya mengklaim jika Indonesia tidak mempunyai kewajiban untuk membantu atau menerima pengungsi Rohingya, seperti dijelaskan Chris.

"Pada saat yang sama ada kampanye kebencian yang disebarkan di media sosial, ada komentar-komentar yang menyedihkan soal warga Rohingya, yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Chris kepada ABC Indonesia.

Indonesia memang tidak menandatangani Konvensi PBB tentang Pengungsi tahun 1951, namun terus kedatangan pengungsi Rohingya dan sebelumnya tidak semua menolak mereka.

Lebih dari 1.500 orang Rohingya telah tiba di Indonesia sejak bulan November, menurut UNHCR.

Badan PBB menilai penolakan pengungsi Rohingya, termasuk pengusiran yang dilakukan sejumlah mahasiswa di Aceh disebabkan karena misinformasi dan kebencian terhadap warga Rohingya di sosial media

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News