Tangisan Ibu yang Tiap Malam Anaknya Dijemput Om Om

Tangisan Ibu yang Tiap Malam Anaknya Dijemput Om Om
Tangisan Ibu yang Tiap Malam Anaknya Dijemput Om Om. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

Proses pun berjalan. Donwori membiarkan istrinya mendaftarkan gugatan cerai.

Ketika mengisi formulir gugatan cerai, Karin menceritakan kisah kehidupannya yang penuh liku. Dulu, ia hanyalah anak yatim piatu.

Hidup bersama neneknya yang menjual jamu. Hingga akhirnya ia meneruskan jualan jamu.

Merasa sangat sedih tak punya orang tua, Karin pun sangat menyayangi kedua anaknya.

Karin dan suaminya berjualan jamu pagi sampai siang dengan keliling wilayah Kenjeran. Malamnya, ia membuka gerai di depan gang rumahnya di kawasan Kali Kedinding Surabaya.

Ternyata kesibukannya bekerja membuat anaknya terpengaruh lingkungan. ”Saya ndak
tahu, anak pertama saya nakal begitu. Kalau malam dijemput om-om. Sering saya kunci di rumah tapi tetap bisa lari. Saya sampai kehabisan akal dan hanya bisa berdoa,” jelasnya.

Sedangkan putra keduanya menikah muda karena menghamili tetangganya. Lulus SMA,
anak keduanya kerja sebagai sales.

Namun, setelah menikah justru dia tak mau bekerja. Ia hanya tidur di rumah mertuanya yang bersebelahan dengan rumahnya.

Entah moral pendidikan yang bagaimana yang bikin Karin, 52, menyesal. Ia dan suaminya, Donwori, 59, merasa gagal mendidik kedua anak mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News