Tanjidor, Sampah dan Menara Gading

Tanjidor, Sampah dan Menara Gading
Tanjidor, Sampah dan Menara Gading
Tapi apa gerangan yang disumbangkan ITB kepada kota Bandung yang dililit kasus sampah? Sontak kita ingat kegeraman Bung Karno yang pernah menyindir kampus sebagai "menara gading" yang terpisah dengan lingkungan sosialnya. Apakah sensitifitas kaum intelektual terhadap persoalan masyarakat makin menipis, misalnya alam kasus longsor di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah dan proses penanganannya?

Kabarnya, Pemko Bandung selalu menggandeng ITB dalam berbagai masalah kota itu, tapi terhambat oleh alasan klasik, yakni keterbatasan dana. Tapi, saya kira, dengan rekayasa APBN dan APBD yang pro-rakyat, kasus itu dan berbagai kasus sejenis di se-antero tanah air, mestilah terjawab. Duet SBY-Boediono, jika memenangkan Pilpres 2009, harus menerapkannya dan tak sekadar wacana belaka.

Jika tak salah, rekayasa APBN demi kemakmuran rakyat adalah tema disertasi SBY meraih gelar S-3 di IPB beberapa tahun silam. Nah, sekaligus ikon "duet intelektual" cocok untuk pasangan yang sama-sama S-3 ini. Boediono malah sekaligus profesor. Semoga saja tak bertipe "menara gading" yang pernah disindir oleh Soekarno.

Pemilihan tempat deklarasi ketiga duet capres-cawapres itu, tak sekadar membangun persepsi. Tapi benar-benar diwujudkan, siapapun yang kelak keluar sebagai the winner dalam Pilpres 2009. Jangan sampai semua itu hanya panggung sandiwara, yang mencuri hati rakyat semata demi meraih kekuasaan. (*)

MENIMBANG-NIMBANG duet JK-Win (Jusuf Kalla-Wiranto), saya terkenang Engkong Said, pemain tanjidor Betawi di Jalan Sagu, Jakarta Selatan. Kesan yang


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News