Tapak-tapak Kaum Pergerakan Perempuan

Tapak-tapak Kaum Pergerakan Perempuan
Soejatin dan para peserta Kongres Perempuan Indonesia pertama, 1928. Foto: Public Domain.

Kemudian, Boedi Rini (Malang), sayap perempuan Jong Islamieten Bond Tegal,  Koesoemo Rini (Kudus), Panti Krido Wanito (Pekalongan), Wanito Kentjono (Banjarnegoro).

Dari Surabaya; Poetri Boedi Soedjati dan sayap perempuan Sarikat Islam (SI).  

Persatuan

Susan Blackburn yang pernah meneliti arsip-arsip kongres tersebut menyimpulkan…

Walau kongres tersebut kelihatannya merupakan acara orang Jawa, namun sungguh menarik para pesertanya memandang diri mereka sebagai orang Indonesia, dan bukan orang Jawa, mereka berbicara bahasa Melayu, yang sejak Sumpah Pemuda menjadi dasar bahasa persatuan.

Kongres sepakat membentuk semacam aliansi dengan nama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI). 

Perjuangan memang tak ada yang sia-sia. Meski membatalkan pernikahannya demi kongres itu, toh hari ulang tahun kongres tersebut, 22 Desember, dirayakan sebagai hari lahirnya gerakan perempuan Indonesia yang hingga hari ini diperingati sebagai Hari Ibu.

Ya, Soejatin sampai membatalkan pernikahannya. Calonnya itu kemudian hari jadi Menteri PPK. Dia tak pernah menyesal urung jadi istri Pak Menteri. Bagaimana kisah cinta sang aktivis? Yuk, ikuti kisah selanjutnya... --bersambung (wow/jpnn)

TAHUN masih bertarekh 1926 ketika Soejatin mengorganisir para guru perempuan di Yogyakarta dan mendirikan organisasi Poetri Indonesia.  Wenri


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News