Taylor Swift dan Kegelisahan Musisi yang Tak Bisa Miliki Karya Sendiri
Sama dengan Swift, musisi legendaris itu kehilangan hak atas karyanya. Lebih pahit lagi, rekaman master lagu-lagunya benar-benar hilang karena kebakaran di gudang arsip Universal Music Group pada 2008.
Kecemasan itu juga dirasakan Sky Ferreira, musisi yang mengawali karir lewat Myspace. Mirip dengan Swift, dia resmi tergabung dengan label rekaman ketika masih berusia 15 tahun. ''Hingga kini, aku membayar konsekuensi (tergabung dengan label) tersebut. Setiap kontrak yang aku tanda tangani selalu diatur untuk mengambil untung dariku atau karyaku,'' tegasnya di Instagram story.
Ferreira menambahkan, manipulasi atau gaslighting juga bukan hal baru di industri hiburan. ''Banyak banget tukang bully dan orang moron yang punya kekuasaan untuk disalahgunakan,'' paparnya. Kegelisahan para musisi dunia atas hak karya mereka pun mulai mencuat lagi ke permukaan.
Bukan cuma Swift yang merasakan pahitnya ''diperdaya'' label sendiri. Band legendaris The Beatles pun harus rela melepas lebih dari 200 lagu ketika ATV, labelnya saat itu, dibeli Michael Jackson pada 1985. Para personel cuma menerima 1/3 total royalti yang diperoleh. Bagi para personel, nominal bukan masalah. Yang menjadi perkara, band legendaris itu juga kehilangan hak atas lagunya.(Billboard/People/USA Today/fam/c14/jan)
Bisa dibilang ini adalah pelajaran tersulit para musisi dalam berkarir di industri musik. Tidak peduli seberapa suksesnya mereka, kemungkinan untuk memiliki karyanya sangatlah tipis.
Redaktur & Reporter : Adil
- Terima Penghargaan Grammy Awards 2024, Taylor Swift Umumkan Album Baru
- Dunia Hari Ini: Taylor Swift Dinobatkan 'Person of the Year' Majalah Time
- Bikin Ekonomi Rugi Rp 291 Triliun, Anak Muda Diajak Perangi Barang Palsu
- Uni Eropa Susun Aturan Hak Cipta Untuk Artificial Intelligence
- Kucing Taylor Swift Jadi Hewan Peliharaan Terkaya Ketiga di Dunia, Sebegini Kekayaannya
- Rekor Baru, Taylor Swift Sapu Bersih Top 10 Billboard Lewat Album Midnight