TDL Indonesia Termurah se-Asia

TDL Indonesia Termurah se-Asia
TDL Indonesia Termurah se-Asia
Biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi listrik memang tinggi, hal itu tercermin dari biaya pokok produksi (BPP) yang harus dikeluarkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Akibatnya, pemerintah harus menanggung subsidi. Meski biaya tinggi, namun potensi investasinya masih sangat tinggi karena banyak masyarakat yang belum teraliri listrik. "Ini peluang bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di sektor listrik" cetusnya.

Ilustrasi bahwa untuk menghasilkan energi itu mahal dapat dilihat pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuan Unit 1 dan 2 yang belum lama ini diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden RI. Dengan kapasitas sebesar 300 Mw (mega watt), PLTU Labuan mengkonsumsi batubara sebagai bahan bakar sebanyak 180.000 Kilogram per jam setara dengan pemakaian BBM 69.000 liter per jam.

Dengan begitu, biaya operasi yang harus ditanggung PLN jika menggunakan batubara di PLTU Labuan adalah Rp, 48,692,340.00 per jam sedangkan jika menggunakan BBM sebesar Rp. 402,649,500.00 per jam. Oleh karena itu, Darwin berharap konsumen memiliki kesadaran untuk berhemat listrik. "Pemahaman tersebut diharapkan dapat membuat konsumen listrik lebih efisien dalam penggunaan energinya," kata dia.

Biaya pokok penyediaan tenaga listrik seharusnya sama dengan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang dibayarkan konsumen. Namun karena TDL saat ini masih dibawah BPP maka pemerintah menyediakan subsidi yang cukup besar. Alokasi subsidi listrik berdasarkan Undang-Undang No. 2 tahun 2010 tentang APBN-P 2010 adalah sebesar Rp 55,1 triliun. "TDL masih dibawah BPP sehingga untuk menutupi kekurangannya dipenuhi melalui subsidi," jelasnya. (wir/oki)

JAKARTA - Pemerintah menilai kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dengan besaran rata-rata 10 persen pada 1 Juli lalu tidak akan terlalu membebani


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News