Tekan Angka DO, Bangun SD-SMP Satu Atap
Senin, 18 Juli 2011 – 19:19 WIB
"Penekanan angka putus sekolah atau DO akan terus dilakukan. Karena ini juga terkait dengan program pendidikan wajib belajar sembilan tahun," ungkap Suyanto di Jakarta, Senin (18/7).
Dia menyebutkan, angka putus sekolah jenjang SD mencapai 1,5 persen dari total siswa 22,7 juta anak. Sedangkan SMP 1,7 persen dari total siswa 9,7 juta anak. Dikatakan, angka putus sekolah setiap tahun relatif stabil. Kalaupun ada peningkatan jumlahnya tidak signifikan. Hal ini akibat pertumbuhan anak-anak usia sekolah.
"Kalau sangat banyak memang faktanya seperti itu. Intinya, kita terus bekerja untuk mengurangi DO itu," ucap Suyanto.
Menurut mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini, ada 3 penyebab putus sekolah di Indonesia. Pertama, faktor ekonomi. Tingginya angka kemiskinan membuat orang tua sulit menyekolahkan anaknya. "Pemerintah memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan subsidi bagi siswa miskin. Meskipun jumlahnya belum banyak tapi bisa mengurangi," terang Suyanto.
BERITA TERKAIT
- Bang Emrus Nilai Mengganti UN Tak Selesaikan Masalah Pendidikan
- Ketum IGI Sebut Nafsu Pemain Proyek di Kemendikbud Gede Banget
- Titik Nol English Course, Pintu untuk Bekerja di Luar Negeri
- Teknologi Harus Digunakan untuk Menyebar Kebaikan Budi Luhur
- Ujian Nasional Diganti, Kelulusan Ditentukan Sekolah
- Penjelasan dari Kemendikbud soal Keberanian Nadiem Makarim Mengganti UN