Terapkan Biaya Ekspor Nikel
Selasa, 08 Mei 2012 – 07:45 WIB
Selain itu, kenaikan volume ekspor nikel juga disebabkan minimnya daya serap industri dalam negeri. Dengan begitu, pengusaha tidak mengantongi alternatif pilihan selain menjual semua produksi nikel ke luar negeri. “Antam pun hanya mengambil dari hasil tambangnya sendiri,” ujarnya.
Baca Juga:
Meski demikian, Shelby optimistis pembangunan pabrik pemurnian dapat dilakukan sebelum 2014. Menurutnya, pemerintah telah menawarkan sejumlah insentif kemudahan baik permodalan maupunpasokan energi. “Cuma yang menjadi kendala adalah ketersediaan infrastruktur,” katanya.
Pembangunan smelter membutuhkan investasi yang sangat besar dengan ongkos peralatan standar minimal USD 50 juta. Sejumlah pengusaha mulai melirik penjualan smelter bekas dari Tiongkok yang rata-rata dibanderol USD 10 juta. "Seharusnya, pembangunan smelter itu sentralistik dan terintegrasi sehingga tidak terbebani ke satu perusahaan saja,” tutupnya. (vit)
JAKARTA - Asosiasi Nikel Indonesia mengusulkan penerapan bea keluar ekspor nikel maksimal 20 persen. Tujuannya agar tidak terjadi pembengkakan biaya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Beri Atensi Perkembangan Harga Sejumlah Komoditas
- Mendagri Tito Ingatkan Pemda Jangan Terlena Meski Inflasi Nasional Terkendali
- Pra-Penjualan LPKR Mencapai Rp 1,5 Triliun di Kuartal I/2024
- Buka Peluang Pasar untuk UMKM di Luar Negeri, Bea Cukai Gelar Business Matching
- Kedekatan Erzaldi Rosman & Probowo Diharapkan jadi Angin Segar untuk Sektor Pertanian
- Coros Meluncurkan Vertix 2S di Indonesia, Cek Spesifikasi dan Harganya