Terbukti, Teknologi Padi Hibrida Kementan Mampu Tingkatkan Produksi

Terbukti, Teknologi Padi Hibrida Kementan Mampu Tingkatkan Produksi
Padi hibrida. Foto: Kementan

Peneliti BB Padi pada Balitbangtan Kementan, Yudhistira Nugraha, mengatakan bahwa keberhasilan adopsi suatu teknologi yang dilakukan sangat tergantung pada 3 komponen teknis, seperti respon Pasar. "Sementara kelemahan yang terjadi pada salah satu komponen berimbas pada tingkat adopsi teknolologi tersebut. Tingkat adopsi teknologi padi hibrida masih rendah, yakni di bawah 5 persen pada kurun waktu 2013-2017," katanya.

Adapun rendahnya adopsi padi hibrida di tingkat petani lebih disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya produksi benih padi memiliki proses rumit, serta produksi benih padi yang melibatkan galur mandul jantan. Proses ini secara alamiah memiliki rendemen benih lebih rendah dibandingkan padi normal, yaitu sekitar 1,5 ton per hektare.

BACA JUGA: Tahun Ini, PDB Pertanian Tumbuh Luar Biasa

"Oleh karena itu, harga benih padi hibrida lebih mahal dibandingkan dengan benih padi Inbrida. Hal ini menyebabkan terbatasnya ketersediaan benih hibrida di toko pertanian, karena terbatasnya jumlah produsen atau penangkar benih," katanya.

Faktor lain yang juga tak kalah penting adalah soal produktivitas varietas unggul yang memberikan keunggulan heterosis sekitar 10 persen dibandingkan padi inbrida. Padahal pada tingkat penelitian dan pengkajian angkanya bisa mencapai 15-20 persen.

"Capaian heterosis ditingkat petani, jika dihitung pada skala ekonomi petani kecil tidak memberikan dampak yang berarti, namun jika di hitung secara akumulasi nasional kenaikan hasil tersebut akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi padi," katanya.

Faktor berikutnya ialah masih adanya pemahaman yang tidak tepat terhadap padi hibrida, dimana anggapan sebagian orang terkait padi hibrida yang tidak perlu mendapat perlakuan istimewa dan menjadi sumber hama serta penyakit. Nyatanya, padi hibrida dapat ditanam sebagaimana padi Inbrida sesuai dengan rekomendasi dari hasil uji adaptasi yang dilakukan pada saat proses pelepasan varietas.

"Saat ini telah banyak dilepas padi hibrida yang tahan terhadap hama dan penyakit utama padi, karena menjadi persyaratan wajib dari Kementan untuk pelepasan varietas unggul baru," tukasnya.

Kementan melalui Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) terus melakukan penelitian dan pengembangan padi hibrida sebagai upaya peningkatan produksi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News