Tergerus Cuaca, Terjerat Utang

Tergerus Cuaca, Terjerat Utang
Tergerus Cuaca, Terjerat Utang

Kegelisahan yang dirasakan Ajat juga dirasakan oleh Sahar, 38 salah satu pekerja perawat tanaman bawang milik salah satu petani besar di Tamansari. Sahar menceritakan, kalau hasil tanamannya menurun secara otomatis pendapatannya juga menurun.

"Masih turunnya hujan di musim kemarau ini memang membaut tanaman bawang merah tidak bisa berkembang dengan baik. Tetapi bos saya tetap tidak rugi, karena mempunyai lahan sawah yang luas," jelasnya. Di sisi lain, meski penghasilan turun, namun kebutuhan para petani untuk kebutuhan lebaran  dan sekolah terus meningkat. "Saya ini mempunyai anak 4 yang masih kecil-kecil," kata Ajat.

Lalu darimana Ajat bisa mendapatkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhannya yang membengkak biaya sekolah maupun biaya lebaran lalu? "Biasanya kalau sudah gini ya ngebon (utang) dulu. Nanti baru dibayar ketika hasil tani sudah baik kembali," terangnya. Utang bukan hal yang baru bagi petani. Hal tersebut biasanya juga dilakukan para petani bila memasuki musim tahun ajaran baru di saat belum masa panen. Namun, bagaimana untuk mengembalikan utang, jika ternyata panen yang diharapkan tidak juga membantu. "Kalau kami gagal panen, berarti juga gagal bayar utang," keluh Ajat.

Keresahan para petani ini sedianya juga dirasakan oleh Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin. "Tidak hanya bawang saja, tetapi rata-rata semua petani mulai dari tembakau, jagung sampai padi pun banyak yang mengeluh dengan situasi cuaca yang tak menentu seperti sekarang ini. Saya sangat mengetahui perasaan petani, karena saya juga seorang petani," jelasnya.

Tahun ini menjadi masa sulit bagi sebagian petani bawang merah di Probolinggo. Cuaca tak menentu membuat hasil tanamnya tak menentu. Sementara Utang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News