Tergerus Cuaca, Terjerat Utang

Tergerus Cuaca, Terjerat Utang
Tergerus Cuaca, Terjerat Utang

Tahun ini menjadi masa sulit bagi sebagian petani bawang merah di Probolinggo. Cuaca tak menentu membuat hasil tanamnya tak menentu. Sementara Utang telah menjerat, menyusul kebutuhan hidup yang terus meningkat.

Jarum jam menunjukkan pukul 11.00. Di musim ini biasanya, di jam-jam itu panas matahari menyengat di Desa Tamansari, Dringu Kabupaten Probolinggo. Tapi kemarin sinar matahari terhalang mendung. Paginya bahkan hujan mengguyur.  Melihat mendung yang masih menggumpal, Ajat, 46, seorang petani bawang merah di Tamansari nampak cemas. "Semoga tidak hujan lagi. Tadi (kemarin) pagi dan semalam sudah hujan," ujarnya.

Saat ditemui Radar Bromo kemarin, Ajat sibuk meracik obat-obatan disinfektan untuk menyirami bawang merahnya. "Kalau hujan-hujan gini, tanaman (bawang) harus diobati sering-sering mas," katanya. Menurut Ajat, sedianya pada beberapa tahun lalu, masa tanam bulan-bulan ini sedang bagus-bagusnya. Tetapi tahun ini berbeda 180 derajat. Beberapa bulan terakhir hasil panen bawangnya juga kurang maksimal.

Ajat mengaku heran. Cuaca tahun ini berbeda dengan rutinitas tahun-tahun sebelumnya. Seharusnya, menurut Ajat tahun ini sudah memasuki musim kemarau dan sudah tidak turun hujan lagi. Faktanya hujan tetap turun beberapa hari terakhir. Bahkan frekuensi hujannya juga lumayan lebat. "Sekarang ini sudah tidak bisa diprediksi lagi cuacanya. Saya sendiri juga kurang tahu apa sebabnya," bebernya.

Tahun ini menjadi masa sulit bagi sebagian petani bawang merah di Probolinggo. Cuaca tak menentu membuat hasil tanamnya tak menentu. Sementara Utang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News