Tergerus Cuaca, Terjerat Utang
Kamis, 16 September 2010 – 10:09 WIB
Baca Juga:
Untuk mengantisipasinya, para petani menggunakan pestisida. Di musim yang tak menentu seperti sekarang ini, tentu saja frekuensi obat-obatan itu juga ditambah. Apalagi kelambu yang biasanya digunakan sebagai salah satu alat untuk memerangi hama juga mudah rusak di musim tak menentu ini. "Benang kelambunya banyak yang rantas, karena tak kuat usai kena air terus kena panas," jelasnya.
Obat-obatan hama itu sendiri harganya juga tak murah. "Total harga racikan obat untuk sekali racik itu mencapai Rp 200 ribu. Itu untuk beberapa kali menyemprot," beber Ajat. Ajat berharap bawang merahnya yang sudah berumur 25 hari bisa dipanen pada waktunya. Sekitar 60 hari, dengan begitu hasilnya akan maksimal. Tetapi kalau kondisi panas hujan terus berlangsung, Ajat bisa memanen lebih dini.
"Beberapa bulan lalu, saya terpaksa panen dini. Itu karena hujan beberapa bulan yang lalu yang deras membuat beberapa sawah banjir. Jangan tanyakan penghasilan menurun berapa, pokoknya rugi," terang Ajat. Dikatakan Ajat, musim hujan panas ini sulit menghasilkan bawang merah super yang sekuintalnya dijual Rp 800 ribu. "Tetapi kalau kualitas biasa, ya sekitar Rp 600-700 ribu," ungkapnya.
Tahun ini menjadi masa sulit bagi sebagian petani bawang merah di Probolinggo. Cuaca tak menentu membuat hasil tanamnya tak menentu. Sementara Utang
BERITA TERKAIT
- Kapolda Irjen Fakhiri Tantang KKB Perang Terbuka
- Penyesuaian Tarif Parkir di Denpasar Resmi Diberlakukan Per 1 Mei 2024, Ini Perinciannya
- Bocah yang Hanyut Saat Berenang di Sungai Borang Ditemukan Meninggal Dunia
- Asyik Berenang di Sungai Borang Palembang, Bocah Tenggelam
- Polisi Tangkap 2 Pelaku Judi Slot Online di Nagan Raya
- Kapolres Siak Manfaatkan Teknologi Drone untuk Mengawasi Pengamanan Unjuk Rasa Hari Buruh