Tergerus Cuaca, Terjerat Utang

Tergerus Cuaca, Terjerat Utang
Tergerus Cuaca, Terjerat Utang

Hujan dan panas yang datang silih berganti setiap harinya dijelaskan Ajat membuat pertumbuhan tanaman bawang merahnya kurang maksimal. Selain itu tanamannya juga rentan terkena aneka macam penyakit. "Daun bawang itu akan menguning dan layu. Karena habis terkena hujan, terus kena panas, jadi rusak. Selain itu hujan dan panas ini juga membuat ulat-ulat dan hama lain berkembang biak dengan cepat dan siap merusak tanaman," kata Ajat.

Untuk mengantisipasinya, para petani menggunakan pestisida. Di musim yang tak menentu seperti sekarang ini, tentu saja frekuensi obat-obatan itu juga ditambah. Apalagi kelambu yang biasanya digunakan sebagai salah satu alat untuk memerangi hama juga mudah rusak di musim tak menentu ini. "Benang kelambunya banyak yang rantas, karena tak kuat usai kena air terus kena panas," jelasnya.

Obat-obatan hama itu sendiri harganya juga tak murah. "Total harga racikan obat untuk sekali racik itu mencapai Rp 200 ribu. Itu untuk beberapa kali menyemprot," beber Ajat. Ajat berharap bawang merahnya yang sudah berumur 25 hari bisa dipanen pada waktunya. Sekitar 60 hari, dengan begitu hasilnya akan maksimal. Tetapi kalau kondisi panas hujan terus berlangsung, Ajat bisa memanen lebih dini.

"Beberapa bulan lalu, saya terpaksa panen dini. Itu karena hujan beberapa bulan yang lalu yang deras membuat beberapa sawah banjir. Jangan tanyakan penghasilan menurun berapa, pokoknya rugi," terang Ajat. Dikatakan Ajat, musim hujan panas ini sulit menghasilkan bawang merah super yang sekuintalnya dijual Rp 800 ribu. "Tetapi kalau kualitas biasa, ya sekitar Rp 600-700 ribu," ungkapnya.

Tahun ini menjadi masa sulit bagi sebagian petani bawang merah di Probolinggo. Cuaca tak menentu membuat hasil tanamnya tak menentu. Sementara Utang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News