Terlalu Lama Belajar dari Rumah, Siswi SMP Itu pun Pilih Menikah

Terlalu Lama Belajar dari Rumah, Siswi SMP Itu pun Pilih Menikah
Y dan AG memperlihatkan foto pernikahan mereka. Foto: FATIH/LOMBOK POST

R, kepala lingkungan tempat AG tinggal, mengatakan, setiap kali ada kasus pernikahan anak, pada saat itu juga dirinya merasa seperti berada di ujung dua mata pisau yang siap melukainya.

"Di satu sisi, ada aturan yang harus ditegakkan. Di sisi lain, masyarakat harus diamankan,” katanya.

Berdasar pengalamannya, saat mediasi terjadi, keluarga perempuan mengatakan bisa saja anaknya dikembalikan. Namun, mereka juga menegaskan pihak lelaki harus bersedia menanggung risikonya.

Persoalannya, kata R, risiko yang dimaksud penuh ancaman. Kalau denda, mungkin tinggal disebutkan dan dengan mudah bisa dibayar.

"Namun, bagaimana jika risiko yang dimaksud adalah ancaman yang bisa saja membahayakan warga saya,” jelasnya.

Di kelasnya, Y merupakan siswi ketiga yang menikah selama pandemi ini.

Dia menggelengkan kepala saat ditanya apakah mereka bersepakat menikah bersama atau memengaruhi satu sama lain.

Katanya, justru banyak temannya yang belum mengetahui bahwa dirinya kini sudah menikah.

Minatnya bersekolah berkurang setelah dua bulan hanya belajar dari rumah, siswi SMP pun pilih menikah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News