Terlalu Lama Belajar dari Rumah, Siswi SMP Itu pun Pilih Menikah

R, kepala lingkungan tempat AG tinggal, mengatakan, setiap kali ada kasus pernikahan anak, pada saat itu juga dirinya merasa seperti berada di ujung dua mata pisau yang siap melukainya.
"Di satu sisi, ada aturan yang harus ditegakkan. Di sisi lain, masyarakat harus diamankan,” katanya.
Berdasar pengalamannya, saat mediasi terjadi, keluarga perempuan mengatakan bisa saja anaknya dikembalikan. Namun, mereka juga menegaskan pihak lelaki harus bersedia menanggung risikonya.
Persoalannya, kata R, risiko yang dimaksud penuh ancaman. Kalau denda, mungkin tinggal disebutkan dan dengan mudah bisa dibayar.
"Namun, bagaimana jika risiko yang dimaksud adalah ancaman yang bisa saja membahayakan warga saya,” jelasnya.
Di kelasnya, Y merupakan siswi ketiga yang menikah selama pandemi ini.
Dia menggelengkan kepala saat ditanya apakah mereka bersepakat menikah bersama atau memengaruhi satu sama lain.
Katanya, justru banyak temannya yang belum mengetahui bahwa dirinya kini sudah menikah.
Minatnya bersekolah berkurang setelah dua bulan hanya belajar dari rumah, siswi SMP pun pilih menikah.
- Tanpa Basa-Basi, Luna Maya Bikin Maxime Bouttier Siap Menikah
- Napi Lapas Selong Tewas di Sungai, Ada Luka Sayatan
- Oknum Guru PPPK di Lombok Timur Dipecat, Ini Sebabnya
- Tas Lebaran
- Haerul Sebut Honorer yang Punya Latar Belakang Pendidikan Pertanian Bakal Dijadikan PPL
- Bupati Berani Kirim Surat ke Pusat Meminta SK PPPK 2024 Segera Terbit