Ternyata, Anak Gafatar tak Pernah Belajar Mengaji

Ternyata, Anak Gafatar tak Pernah Belajar Mengaji
Ratusan mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Kalimantan tiba di penampungan sementara di Gedung Transito Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Timur, Margorejo, Surabaya. Eks Gafatar asal Jawa Timur tersebut didata dan diperiksa kesehatan setelah tiba dari Pontianak, Kalimantan Barat. Foto: Abdullah Munir/ Radar Surabaya

“Mau pulang kemana Ema?” tanya awak Rakyat Kalbar memulai percakapan. “Nggak tau,” jawab Ema.

“Ema enggak sekolah?” tanya RK lagi. “Enggak,” ujar Ema.

“Tapi, udah sekolah kan?” kembali RK bertanya. “Sudah, sekolah di rumah sana home schooling,” tutur Ema polos, telunjuk kanannya menunjuk ke salah satu sudut bangunan perkampungan yang berada agak di depan.

“Bu Ida dan Bu Vira, guru kami di Home Schooling,” sebutnya.

Obrolan dengan Ema semakin dalam. Ia mengakui tidak pernah mengecap bangku sekolah formal. Hanya pendidikan di home schooling yang Ema dan anak-anak di sana dapat. Seperti apa pendidikan di dalamnya?

Menurut Ema, mereka diajar oleh dua orang guru. “Kami diajarkan matematika, juga diajar menghitung dan membaca,” lugasnya.

Ema mengaku tidak mendapat pelajaran agama di home schooling. Bahkan, ia pun mengakui tidak diajarkan mengaji. Padahal, Ema dan keluarganya merupakan muslim. Bahkan kabarnya, sebanyak 23 kepala keluarga (KK) dengan 107 jiwa di pemukiman itu mayoritas beridentitas Islam.

Ema yang seharusnya sudah duduk di Kelas Tiga SD itu mengaku sampai saat ini belum bisa membaca Alquran. Dia belum pernah diajarkan.

ANAK- anak anggota Gafatar di Kabupaten Kayong Utara (KKU) tidak menempuh pendidikan formal. Dari penelusuran Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group), mereka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News