Ternyata Ini Alasan Pengembang Bergeser ke Perumahan Bersubsidi

Ternyata Ini Alasan Pengembang Bergeser ke Perumahan Bersubsidi
Ilustrasi - Rumah bersubsidi. Foto: Humas Kementerian PUPR

Adapun 90 persen portofolio kredit adalah terkait perumahan di mana 80 persennya adalah KPR.

“Saat ini setidaknya ada kapasitas rata-rata penyaluran KPR Bank BTN per tahun mencapai 200.000 unit,” ujar Winang yang juga alumni Fakultas Ekonomi University of Queensland, Australia itu.

Selain itu, Winang juga menegaskan bahwa pihaknya terus berusaha untuk memudahkan proses transaksi, melalui peningkatan kapasitas digital untuk mencipatakan ekosistem perumahan nasional yang berbasi layanan one stop shopping perumahan.

Menurut Winang, pembeli yang tidak bisa datang bisa melihat kondisi yang akan dibeli lewat teknologi digital, termasuk juga memfasilitasi pengisian kelengkapan rumah, kebutuhan material, elektronik, serta dukungan pembayaran utilitas di perumahan.

“Jadi, mulai dari buying, renting, living, hingga selling, bisa terlayani dengan baik,” katanya.

Sementara itu, ekonom UGM Elan Satriawan menekankan pentingnya memperkuat kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait, baik pemerintah maupun swasta, untuk mengoptimalkan kapasitas kelas menengah ekonomi nasional.

“Elemen masyarakat dari PNS, TNI, Polri juga bisa didorong untuk mendorong pertumbuhan bisnis perumahan di tengah pandemi,” katanya.

Adapun bisnis perumahan ke depan diperkirakan tetap prospektif meskipun pandemi Covid-19 berpotensi menghadirkan ketidakpastian.

Situasi pandemi Covid-19 dan adanya permintaan pasar berdampak pada pengembang bergeser ke perumahan bersubsidi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News