Terpaksa Revisi RUU Kesehatan

Terpaksa Revisi RUU Kesehatan
RUU - Barack Obama saat RUU Kesehatan pertama kali dibicarakan bersama politisi Demokrat beberapa waktu lalu. Foto: Internet.
WASHINGTON - Indikasi bakal gagalnya reformasi sistem kesehatan kian menguat. Setelah kehilangan suara mayoritas di senat, Partai Demokrat melirik House of Representatives (DPR) sebagai jalur alternatif menggolkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan tersebut. Tapi, DPR pun tidak akan semudah itu meloloskan reformasi hasil rumusan kubu Presiden Barack Obama tersebut.

"Saya tidak melihat ada suara (dukungan) untuk itu (RUU Kesehatan versi Demokrat)," ujar Nancy Pelosi, Ketua DPR, seperti dikutip Reuters, Jumat (22/1) kemarin. Namun, ditegaskan politisi berusia 69 tahun itu, Demokrat akan tetap berusaha mengajukan dengan strategi yang tepat. Salah satunya, dengan merevisi RUU tersebut. Sebab, tanpa revisi, mustahil RUU itu akan direstui DPR.

Apalagi, sejumlah politisi Demokrat di DPR juga kurang berkenan pada beberapa pasal dalam RUU Kesehatan itu. Pasal-pasal yang dianggap tidak populis di antaranya adalah yang berkaitan dengan rancangan pajak kesehatan dan kebijakan memakai dana federal untuk aborsi. Rencana Obama memberlakukan pajak bagi asuransi high-cost ditentang keras oleh serikat-serikat buruh AS. Sementara, kebijakan soal aborsi dengan dana pemerintah dianggap terlalu longgar.

"Mempertahankan rumusan yang ada sekarang, tanpa mengubahnya, hanya akan membuat RUU tersebut ditolak," lanjut politikus senior Demokrat itu. Kini, lanjut Pelosi pula, wakil-wakil rakyat dari kubu Demokrat sedang merumuskan cara yang tepat untuk mengajukan RUU tersebut dengan peluang lolos paling besar. "Semuanya sudah siap. Tapi, kami harus menunggu momen yang tepat. Kami tidak terburu-buru," tandasnya.

WASHINGTON - Indikasi bakal gagalnya reformasi sistem kesehatan kian menguat. Setelah kehilangan suara mayoritas di senat, Partai Demokrat melirik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News