Terus ke Timur Mengejar Matahari

Oleh Dahlan Iskan

Terus ke Timur Mengejar Matahari
Dahlan Iskan bersama para mahasiswa Indonesia di Columbia State University. Foto: disway

Satu-satunya jemaah tua di situ langsung berdiri: azan. Ialah satu-satunya yang tidak bersandar ke dinding. Orang pertama yang tiba di masjid Hays, Kansas, Jumat lalu.

Saya kenal wajahnya. Ia imam. Tiga bulan lalu. Saat saya ke Hays ini.

Ia juga yang khotbah saat itu. Dengan celana jeans-nya. Dengan topi pet yang ia balik di kepalanya.

Selesai azan, pemuda yang duduk di kursi itu merogoh saku celana. Ambil HP. Membukanya. Lalu berdiri. Membaca khotbah dari layar HP.

Semua dalam bahasa Arab. Saat khotbah dibaca beberapa lagi tiba. Total menjadi 9 orang. Yang Jumatan hari itu.

Khotbahnya pendek. Hanya 10 menit. Yang mendengarkan juga santai: duduk bersandar ke dinding. Ketika doa di akhir khotbah tidak ada yang mengangkat tangan.

Inilah khotbah yang sangat pendek. Meski masih kalah pendek dengan di masjid Kebon Jeruk Jakarta. Di pusatnya Jemaah Tabligh itu. Di jalan Hayam Wuruk itu.

Saya suka jumatan di situ. Khotbahnya hanya lima menit. Dengan bahasa Arab semua.

Saya bisa membayangkan bagaimana Sandiaga kuliah di Wichita State University. Dan lulus dengan summa cum laude. untuk mata kuliah akuntansi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News