Tidur tak Nyenyak, Mandi pun Harus Ngebut

Tidur tak Nyenyak, Mandi pun Harus Ngebut
Serda Sudiyono (kiri) dan Serda Musa Arsi (kanan) penjaga zona merah di Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Karo. Foto: AMINOER RASYID/SUMUT POS/JPNN

SEJAK Oktober 2013 lalu, Serda Musa Arsi dan Serda Sudiyono ditugaskan menjaga pintu perbatasan zona merah atau daerah radius rawan yang berada di Desa Payung Simpang Gurki, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Seperti apa kisah mereka?
------------
Parlindungan Harahap, Karo
-----------

Hanya didukung portal terbuat dari bambu dan spanduk bertuliskan larangan masuk, kedua personel TNI dari Kodim 0205 itu berupaya mensterilkan daerah yang menghubungkan langsung ke mulut kawah Sinabung itu. Mencegah warga nyelonong ke area bahaya.

Repot memang, karena ada beberapa jalan tembusan (jalan tikus) untuk sampai ke daerah yang terdapat 3 desa di dalamnya itu, yaitu Desa Sukameriah, Simacem, dan Bekerah sehingga menuntut untuk siaga ekstra.

“Untuk tidur, biasanya kita tidur di warung kopi di depan jalan masuk zona merah yang kita jaga. Terkadang, kita tidur di teras rumah warga dengan beralas tikar. Selain tempat, tanggung jawab atas tugas yang kita emban juga membuat kita tidak nyenyak tidur,” ungkap Serda Sudiyono ketika berbincang dengan Sumut Pos (grup JPNN),di Simpang Desa Guru Kinayan, beberapa hari lalu.

Begitu juga untuk mandi, bapak dua anak itu mengaku melakukannya di kamar mandi sebuah Sekolah Dasar Negeri yang ada di Desa Payung Kecamatan Payung. Namun, diakui anggota TNI yang tinggal di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe itu, kalau kenyamanan selayaknya mandi untuk membersihkan badan, tidak didapatinya selama berjaga.

Pasalnya, saat mandi pun tak bisa sewajarnya, harus ngebut byar-byur karena dirinya dituntut terus terus siaga dan bergerak cepat.

“Pada dasarnya, kita merasa puas dapat berbuat untuk masyarakat. Oleh karena itu, kita tetap bertahan, untuk melaksanakan tugas pengabdian kita dengan ikhlas. Namun tidak dipungkiri, kita juga rindu untuk dapat kembali berkumpul dengan keluarga dan beraktivitas seperti biasanya, “ ujar Sudiyono menambahkan.

Meski seorang tentara, namun sebagai manusia biasa Serda Sudiyono juga mengaku merasa lebih khawatir menjaga pintu berbatasan zona merah Sinabung, bila dibanding saat dirinya bertugas di daerah konflik seperti di Aceh beberapa tahun lalu.

SEJAK Oktober 2013 lalu, Serda Musa Arsi dan Serda Sudiyono ditugaskan menjaga pintu perbatasan zona merah atau daerah radius rawan yang berada di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News